- Back to Home »
- niKmatnya Rasa Sakit...
Posted by : Unknown
Sunday, 21 December 2014
Nikmatnya Rasa Sakit
Rasa sakit tidak selamanya
tak berharga, sehingga harus selalu dibenci.
Sebab, mungkin saja rasa sakit itu justru akan mendatangkan kebaikan bagi seseorang.
Bisanya, ketulusan sebuah doa muncul tatkala rasa sakit mendera.
Demikian pula dengan
ketulusan tasbih yang senantiasa
terucap saat rasa sakit terasa. Adalah jerih payah dan beban berat saat menuntut ilmulah
yang
telah mengantarkan seorang pelajar menjadi ilmuwan terkemuka. la
telah bersusah payah di awal perjalanannya, sehingga ia bisa menikmati
kesenangan di akhirnya.
Usaha keras seorang penyair memilih kata-kata untuk bait-bait syairnya telah menghasilkan sebuah karya sastra yang sangat
menawan. Ia, dengan
hati,
urat syaraf, dan darahnya, telah larut bersama
kerja kerasnya itu, sehingga syair- syairnya mampu menggerakkan
perasaan dan menggoncangkan hati. Upaya keras seorang
penulis telah menghasilkan
tulisan yang sangat menarik dan penuh dengan 'ibrah,
contoh-contoh dan
petunjuk.
Lain halnya dengan seorang pelajar yang senang hidup foya-foya, tidak aktif, tak pernah terbelit masalah, dan tidak pula pernah tertimpa
musibah.
la akan selalu menjadi orang yang malas, enggan bergerak, dan mudah
putus
asa.
Seorang penyair yang tidak pernah merasakan
pahitnya berusaha dan
tidak pernah mereguk pahitnya hidup, maka untaian
qasidah-qasidah-nya hanya akan terasa seperti kumpulan kata-kata murahan
yang tak bernilai.
Sebab, qasidah-qasidah-nya hanya keluar dari lisannya, bukan dari
perasaannya. Apa yang dia utarakan hanya sebatas penalarannya saja, dan
bukan dari hati nuraninya.
Contoh pola kehidupan yang paling baik adalah kehidupan kaum
mukminin generasi awal. Yaitu, mereka yang
hidup pada masa-masa awal
kerasulan, lahirnya agama, dan di awal
masa
perutusan. Mereka adalah
orang-orang yang memiliki keimanan yang kokoh, hati yang baik, bahasa yang bersahaja, dan ilmu yang luas. Mereka merasakan keras dan pedihnya
kehidupan. Mereka pernah
merasa kelaparan, miskin, diusir, disakiti,
dan harus rela meninggalkan semua yang dicintai, disiksa,
bahkan dibunuh. Dan karena semua itu pula mereka menjadi orang-orang pilihan. Mereka
menjadi tanda kesucian, panji kebajikan, dan simbol pengorbanan.
{Yang demikian jtu ialah karena mereka ditimpa
kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak
(pula)
menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir,
dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan
yang demikian itu suatu amal salih. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang
yang berbuat
baik.}
(QS. At-Taubah: 120)
Di dunia ini banyak orang
yang berhasil mempersembahkan karya terbaiknya
dikarenakan mau bersusah payah. Al Mutanabbi,
misalnya, ia sempat mengidap rasa demam yang amat sangat sebelum berhasil
menciptakan syair yang indah berikut ini:
Wanita yang
mengunjungiku seperti
memendam malu, ia hanya
mengunjungiku di gelapnya malam
Syahdan, an-Nabighah sempat diancam akan dibunuh oleh
Nu'man ibn al-Mundzir sebelum akhirnya mempersembahkan bait syair berikut ini:
Engkau matahari, dan
raja-raja yang lain
bintang-bintang tatkala engkau
terbit
ke permukaan,
bintang-bintang itu pun
lenyap
tenggelam
Di dunia ini, banyak orang yang kaya karena terlebih dahulu bersusah
payah
dalam masa mudanya. Oleh karena itu, tak usah bersedih
bila
Anda harus bersusah
payah, dan tak usah takut dengan beban hidup, sebab
mungkin saja beban hidup itu akan menjadi kekuatan bagimu
serta akan
menjadi sebuah kenikmatan
pada suatu hari nanti. Jika Anda hidup dengan hati yang berkobar, cinta yang membara dan jiwa yang bergelora, akan lebih
baik
dan lebih terhormat
daripada harus hidup dengan perasaan yang dingin,
semangat yang layu, dan jiwa yang lemah.
{Tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama
orang-orang yang tinggal
itu."}
(QS. At-Taubah:
46)
Saya teringat seorang penyair
yang senantiasa menjalani kesengsaraan
hidup, menanggung cobaan
yang tidak ringan, dan mengenyam
pahitnya perpisahan.
Sebelum menghembuskan nafasnya
yang terakhir, ia sempat melantunkan qasidah yang indah, segar, dan jujur. Dialah Malik ibn ar-Rayyib.
Ia
meratapi dirinya:
Tidakkah kau
lihat aku
menjual
kesesatan dengan
hidayah
dan aku menjadi
seorang pasukan Ibnu
Affan yang berperang Alangkah indahnya aku,
tatkala
aku
biarkan
anak-anakku taat dengan mengorbankan kebun
dan
semua harta-hartaku Wahai kedua sahabat perjalananku, kematian semakin
dekat berhentilah di tempat
tinggi
sebab
aku
akan
tinggal
malam
ini
Tinggallah bersamaku malam
ini atau
setidaknya malam
ini
jangan kau
buat
lari
ia, telah
jelas yang akan menimpa
Goreslah tempat
tidurku
dengan ujung
gerigi
dan kembalikan ke
depan
mataku
kelebihan selendangku
Jangan kau
iri, semoga
Allah memberkahi kau berdua
dari tanah
yang
demikian
lebar, semoga semakin luas untukku
Demikianlah, ungkapan-ungkapannya demikian syahdu, penyesalan yang
sangat berat diucapkan,
da n teriakan yang
memilukan. Itu semua
menggambarkan betapa kepedihan itu meluap dari hati sang penyair yang
mengalami sendiri kepedihan dan kesengsaraan hidup.
Ia tak ubahnya
seorang penasehat
yang juga pernah merasakan
apa yang ia ucapkan.
Dan, biasanya, perkataan
atau nasehat orang seperti
itu akan mudah masuk ke dalam relung
kalbu dan meresap ke dalam ruh yang paling dalam. Semua itu adalah karena
ia mengalami sendiri kehidupan pahit dan beban berat yang ia bicarakan.
{Maka, Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan
ketenangan atas mereka dan memberi
balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).}
Jangan cela orang
yang sedang kasmaran
(QS. Al-Fath: 18)
hingga belitan
keras
deritamu
berada
dalam
derita
dirinya
Saya banyak menjumpai syair-syair terasa sangat dingin, tidak hidup,
dan
tidak ada ruhnya. Itu, bisa jadi karena kata-kata yang teruntai dalam
bait-bait tersebut bukan terbit dari sebuah pengalaman pribadi
sang penyair, tetapi suatu dikarang dan direka-reka dalam aura kesenangan. Karya-karya yang demikian itu
tak ubahnya
dengan potongan-potongan es
dan bongkahan-bongkahan tanah; dingin dan tawar.
Saya juga pernah membaca karangan-karangan
yang
berisi nasehat- nasehat yang sedikit pun tak mampu menggerakkan ujung rambut orang
yang mendengarkannya dan tidak mampu menggerakkan satu titik atom
pun
dalam tubuhnya. Semua itu, tak lain karena nasehat-nasehat
itu
tidak terucap dari
mulut seseorang yang langsung pernah mengalami dan
menghayati sendiri suatu kesedihan
dan kesengsaraan.
{Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung
dalam hatinya.}
(QS. Ali 'Imran:
167)
Agar ucapan dan syair Anda dapat menyentuh hati pembacanya,
masuklah terlebih dahulu ke dalamnya.
Sentuhlah, rasakanlah dan resapilah
niscaya Anda akan mampu memberikan
sentuhan ke tengah masyarakat.
{Kemudian, apabila telah
Kami turunkan air di atasnya,
hiduplah bumi itu dan suburlah
dan menumbuhkan berbagai
macam tumbuh-tumbuhan yang indah.}
(QS. Al-Hajj:
5)

Nikmatnya Ilmu Pengetahuan
{Dan, Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah
karunia Allah itu sangat besar.}
(QS. An-Nisa':
113)
Kebodohan merupakan tanda kematian jiwa, terbunuhnya kehidupan
dan
membusuknya umur.
{Sesungguhnya, Aku mengingatkan kepadamu
supaya kamu tidak termasuk or- ang-orang yang tidak berpengetahuan.}
(QS. Hud: 46)
Sebaliknya, ilmu adalab cahaya bagi hati nurani,
kehidupan bagi ruh dan bahan bakar bagi tabiat.
{Dan, apakah
orang yang mati
kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya
itu dia dapat berjalan di
tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang berkali-kali tidak dapat keluar daripadanya?}
(QS. Al-An'am: 122)
Kebahagian, kedamaian,
dan ketentraman hati senantiasa berawal
dari
ilmu pengetahuan. Itu terjadi karena ilmu mampu menembus yang samar,
menemukan sesuatu yang hilang,
dan menyingkap yang tersembunyi. Selain itu, naluri dari jiwa manusia itu adalah selalu
ingin mengetahui habhal
yang baru dan ingin mengungkap sesuatu yang menarik.
Kebodohan itu sangat membosankan dan menyedihkan. Pasalnya, ia
tidak
pernah memunculkan hal baru yang lebih menarik dan segar, yang
kemarin seperti hari ini, dan yang hari ini pun akan sama dengan yang akan
terjadi esok hari.
Bila And a
ingin senantias a bahagia,
tuntutla h
ilmu, galilah
pengetahuan, dan raihlah pelbagai manfaat,
niscaya
semua kesedihan, kepedihan dan kecemasan
itu akan sirna.
{Dan, katakanlah: "Ya Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."}
(QS. Thaha: 114)
{Bacalah dengan noma Rabb-mu
Yang menciptakan.}
(QS. Al-'Alaq: 1)
"Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan
padanya, maka Allah akan
pandaikan ia dalam agama." (Al-Hadits)
Janganlah seseorang sombong
dengan harta atau kedudukannya, kalau memang ia tak memiliki ilmu sedikit pun. Sebab, kehidupannya tidak akan
sempurna.
{Adakah
orang yang mengetahui bahvuasanya apa yang diturunkan kepadamu itu benar sama dengan orang
yang buta.}
Az-Zamakhsyari, dalam sebuah syairnya
berkata:
(QS. Ar-Ra'd:
19)
Malam-malamku untuk merajut
ilmu yang bisa
dipetik, menjauhi wanita elok dan
harumnya
leher
Aku mondar-mandir untuk
menyelesaikan masalah
sulit, lebih menggoda dan manis
dari
berkepit
betis
nan panjang Bunyi penaku yang
metiari
di
atas kertas-kertas,
lebih
manis
daripada
berada
di
belaian
wanita
dan
kekasih
Bagiku lebih
indah melemparkan pasir ke atas kertas daripada gadis-gadis yang menabuh
dentum
rebana
Hai orang
yang berusaha mencapai kedudukanku lewat
angannya,
sungguh jauh jarak
antara
orang yang diam dan yang lain,
naik
Apakah aku yang tidak
tidur selama dua purnama
dan
engkau
tidur nyenyak, setelah itu engkau ingin
menyamai derajatku
Alangkah mulianya ilmu pengetahuan. Alangkah gembiranya
jiwa seseorang yang menguasainya. Alangkah segarnya dada orang yang penuh
dengannya, dan alangkah leganya perasaan orang yang menguasainya.
{Maka, apakah orang yang berpegang
teguh pada keterangan yang datang dari Rabb-nya sama dengan orang yang (setan) menjadikan
dia memandang baik perbuatannya yang buruk dan mengikuti hawa nafsunya?}
(QS. Muhammad: 14)

Seni Bergembira
Di antara kenikmatan
terbesar adalah kegembiraan, ketentraman, dan
ketenangan hati. Sebab, dalam kegembiraan
hati itu terdapat keteguhan
pikir, produktifitas yang bagus, dan keriangan
jiwa. Kata banyak orang, kegembiraan merupakan seni yang dapat dipelajari. Artinya, siapa yang mengetahui cara memperoleh, merasakan dan menikmati kegembiraan,
maka
ia akan dapat memanfaatkan pelbagai kenikmatan dan
kemudahan hidup, baik yang ada di depannya maupun yang masih
jauh
berada di belakangnya. Adapun modal utama untuk meraib kebahagiaan adalah
kekuatan atau kemampuan
diri untuk menanggung beban kehidupan, tidak
mudah goyah oleh goncangan-goncangan, tidak gentar
oleh
peristiwa- peristiwa, dan tidak pernah sibuk memikirkan
hal-hal kecil yang sepele. Begitulah, semakin kuat dan
jernih hati seseorang, maka akan semakin
bersinar pula jiwanya.
Hati yang cabar; lemah tekad, rendah semangat,
dan selalu gelisah
tak
ubahnya dengan gerbong kereta yang mengangkut kesedihan, kecemasan,
dan
kekhawatiran. Oleh sebab itu,
barangsiapa membiasakan jiwanya
bersabar dan tahan terhadap segala benturan, niscaya goncangan apapun
dan
tekanan dari manapun akan terasa ringan.
Kala seorang jelata dalam kesengsaraannya
ringan baginya
untuk
mendaki gundukan lumpur
Di antara musuh utama kegembiraan
adalah wawasan yang sempit, pandangan
yang picik, dan egoisme.
Karena itu, Allah melukiskan musuh-
musuh-Nya adalah sebagaimana berikut:
{Mereka dicemaskan oleh diri mereka sendiri.}
(QS. Ali 'Imran: 154)
Orang-orang yang berwawasan sempit senantiasa melihat seluruh alam
ini
seperti apa yang mereka alami. Mereka tidak pernah
memikirkan apa yang terjadi pada orang lain, tidak pernah hidup untuk orang lain, dan
tidak
pernah memperhatikan sekitarnya.
Memang ada kalanya kita harus
memikirkan diri kita sendiri dan menjaga
jarak dari sesama, yaitu tatkala kita sedang melupakan kepedihan, kegundahan, dan kesedihan kita. Dan,
itu artiny a kita
dapa t
mendapatka n
du a hal secara
bersamaan :
membahagiakan diri kita dan tidak merepotkan orang lain.
Satu hal mendasar
dalam seni mendapatkan
kegembiraan adalah bagaimana
mengendalikan dan menjaga pikiran agar tidak terpecah.
Apalagi bila Anda tidak mengendalikan pikiran Anda dalam setiap melakukan sesuatu, niscaya ia tak akan terkendali. la akan mudah membawa Anda
pada
berkas-berkas kesedihan masa lalu. Dan pikiran liar yang tak terkedali itu tak hanya akan menghidupkan kembali luka lama, tetapi juga
membisikkan masa depan yang mencekam.
Ia juga dapat membuat tubuh
gemetar, kepribadian goyah, dan perasaan terbakar. Karena itu, kendalikan
pikiran Anda ke arah yang baik dan mengarah
pada perbuatan yang
bermanfaat.
{Dan, bertawakallah kepada Dzat Yang Maha Hidup dan tidak pernah mati.}
(QS. Al-Furqan:
58)
Hal mendasar yang tak dapat dilupakan dalam mempelajari cara meraih
kegembiraan adalah bahwa Anda harus menempatkan kehidupan ini sesuai
dengan porsi dan tempatnya.
Bagaimanapun, kehidupan ini laksana permainan
yang harus diwaspadai. Pasalnya, ia dapat
menyulut
kekejian, kepedihan, dan bencana. Jika demikian halnya sifat-sifat dunia, maka mengapa ia harus begitu diperhatikan
dan ditangisi
ketika gagal diraih. Keindahan hidup di dunia ini acapkali
palsu, janji-janjinya hanya
fatamorgana belaka, apapun yang ia lahirkan senantiasa berakhir pada
ketiadaan, orang yang paling
bergelimang dengan hartanya adalah orang yang
paling merasa terancam , dan
orang yang
selalu memuja
dan memimpikannya akan mati terbunuh oleh pedang waktu yang pasti tiba.
Adakah kita generasi yang sama
saja dengan
moyangnya? penghuni negeri yang hanya melihat gagak sepanjang hidupnya, hingga kita selalu
meratapi
dunia, sedang
di dunia
tak ada sekumpulan
manusia
yang tak pernah berpisah
Betapa nasib
para durjana, kaisar-kaisar penguasa, dan penimbun harta,
adakah harta dan jabatan
mereka
kekal
dan
masih
ada
di
tangan mereka?
Barangsiapa merasa
terhimpit oleh
langit
kehidupannya,
dia akan
terus
merasa
sesak
sampai
masuk
ke dalam liang
kuburnya
seakan mereka tuli saat
diseru,
dan
tak pernah tahu bahwa
menasehati mereka itu boleh, boleh sekali
Dalam sebuah hadits disebutkan: "Sesungguhnya ilmu itu didapat hanya dengan belajar, dan kesabaran itu diperoleh
hanya
dengan latihan."
Satu hal mendasar yang sangat penting diperhatikan adalah bahwa
kegembiraan itu tidak
datang begitu saja.
Tapi, harus diusahakan
dan dipenuhi segala sesuatu yang menjadi prasyaratnya. Lebih dari itu, untuk
mencapai kebahagiaan And a harus
menaha n
dari hal-hal
yang tak
bermanfaat. Begitulah cara menempa jiwa
agar senantiasa siap di ajak mencari kebahagiaan.
Kehidupan dunia ini sebenarnya
tidak berhak membuat kita
bermuram durja, pesimistis dan lemah semangat. Sebuah syair mengatakan:
Hukum kematian manusia
masih terus
berlaku, karena dunia juga
bukan
tempat
yang kekal
abadi.
Adakalanya seorang manusia menjadi penyampai berita, dan esok hari
tiba-tiba
menjadi
bagian
dari
suatu
berita,
ia dicipta
sebagai makhluk yang senantiasa
galau nan gelisah,
sedang engkau
mengharap selalu damai nan
tenteram. Wahai orang yang ingin
selalu
melawan tabiat,
engkau mengharap
percikan
api dari
genangan air. Kala engkau
berharap yang mustahil
terwujud,
engkau telah
membangun harapan di bibir
jurang yang curam.
Kehidupan adalah tidur
panjang, dan kematian adalah
kehidupan, maka manusia di antara
keduanya; dalam alam impian dan khayalan
Maka, selesaikan segala tugas
dengan
segera, niscaya
umur-umurmu, akan terlipat menjadi lembaran-lembaran sejarah yang
akan ditanyakan.
Sigaplah dalam
berbuat baik laksana
kuda yang masih
muda, kuasailah waktu, karena
ia dapat menjadi
sumber
petaka
Dan zaman
tak
akan
pernah
betah
menemani Anda,
karena ia
akan selau lari
meninggalkan Anda sebagai musuh yang menakutkan dan karena
zaman
memang dicipta
sebagai musuh
orang-orang bertakwa.
Adalah suatu kenyataan
yang terelakkan bila Anda tidak akan mampu menyapu bersih noda-noda kesedihan dari Anda. Karena bagaimanapun,
memang seperti itulah kehidupan dunia ini tercipta.
{Kami telah menciptakan manusia dalam susah payah.}
(QS. Al-Balad: 4)
{Sesungguhnya, Kami menciptakan manusia
dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya.}
(QS. Al-Insan:
2)
{Supaya Dia
menguji kamu, siapa di antara kamu yang paling
baik amalnya.}
(QS. Al-Mulk: 2)
Demikian penjelasan Sang Pencipta tentang tabiat dan dasar dari
makhluk yang bernama manusia.
Semua itu kenyataan.
Maka, Anda hanya berkewajiban mengurangi dan bukan menghilangkan kesedihan, kecemasan dan kegundahan pada
diri
Anda. Sebab, kesedihan
itu
akan sirna bersama akar-akarnya hanya di
surga kelak. Terbukti, dalam al-Qur'an disebutkan
bahwa para penduduk
surga akan ada yang berkata,
{Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami.}
(QS. Fathir: 34)
Ini merupakan
isyarat bahwa
kesedihan hanya akan tersapu
bersih dari seseorang
tatkala ia sudah berada di surga kelak. Dan ini sama halnya dengan nasib kedengkian yang tak akan benar-benar musnah kecuali setelah
manusia masuk surga.
{Dan, Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada di dalam hati mereka.}
(QS. Al-Hijr: 47)
Inilah dunia. Orang yang mengetahui
apa dan bagaimana dunia, niscaya
ia akan dapat menghadapi
setiap rintangan dan menyikapi tabiatnya
yang kasar dan pengecut
itu. Dan kemudian, ia akan menyadari bahwa memang
demikianlah sifat dan tabiat dunia itu.
Jika benar dunia seperti
yang kita gambarkan
di atas, maka sungguh
pantas bagi orang yang bijak, cerdik serta waspada untuk tidak mudah menyerah
pada
kesengsaraan, kesusahan, kecemasan, kegundahan, dan
kesedihan dalam hidupnya. Sebaliknya, mereka harus melawan semuanya itu dengan seluruh kekuatan yang telah Allah karuniakan
kepadanya.
{Dan, siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan
apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda
yang ditambat untuk berperang
(yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu.}
(QS. Al-Anfal:
60)
{Mereka tidak menjadi lemah karena bencana
yang menimpa mereka
di jalan
Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh).}
(QS. Ali 'Imran: 146)

Rehat
Jangan bersedih karena
hidup miskin, karena masih banya orang di sekitar
Anda
yang hidup dililit hutang! Jangan bersedih
karena tak punya
mobil, sebab masih banyak orang di sekitar Anda yang kakinya buntung.
Jangan bersedih karena suatu penyakit, karenan masih banyak
orang
selain Anda yang mungkin telah bertahun-tahun tergolek lemas di atas ranjang. Jangan
bersedih karena kehilangan seorang
anak, sebab Anda bukan satu-
satunya orang yang kehilangan anaknya.
Jangan bersedih, bila Anda memang
seorang muslim yang beriman
kepada Allah, para
rasul-Nya, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Hari Kiamat
dan qadha' serta qadar
yang baik dan
yang
buruk! Karena, masih banyak
orang kafir yang
mengingkari Allah, mendustaka n
rasul-rasul-Nya, memutarbalikkan makna al-Qur'an,
dan tak mempercai Hari Kiamat, serta
ingkar terhadap qadha' dan qadar.
Jangan bersedih!
Kalau memang Anda tak sengaja telah berbuat dosa, cepatlah bertobat;
kalau And a telah
melakukan
kejahatan, mintalah ampunan-Nya; dan kalau Anda telah melakukan satu kesalahan, perbaikilah
kesalahan itu. Bagaimanapun, rahmat dan kasih sayang Allah itu tak
terhingga luasnya, pintu ampunan-Nya
selalu terbuka dan ampunan-Nya
senantiasa melimpah ruah.
Jangan bersedih,
karena kesedihan hanya akan menyebabkan syaraf
cepat letih, jiwa mudah tergoncang, hati menjadi lemah, dan pikiran tak
tak
terarah.
Seorang penyair berkata,
Mungkin saja
seseorang merasa
terhimpit cobaan,
karena tak sadar bahwajalan keluar ad a di tangan
Sang
Pencipta
Kola kesesakan
semakain
berat
terasa, dan
semua
lingkaran terbuka, ia akan melihat apa yang tak pernah
terbayang
olehnya.
