About Me
Powered by Blogger.
Blog Archive
-
▼
2014
(
45
)
-
▼
November
(
14
)
- Let's share thE inSpiration: contoh motivating dal...
- Let's share thE inSpiration: motivasi dalam memana...
- motivasi dalam memanajemen
- Laporan Observasi Motivating “Motivating y...
- Let's share thE inSpiration: Let's share thE inSpi...
- Let's share thE inSpiration: PERENCANAAN DALAM MAN...
- PERENCANAAN DALAM MANAJEMEN
- Let's share thE inSpiration: PKM-GT (SEKOLAH HATI)
- Let's share thE inSpiration: PKM-GT (SEKOLAH HATI)
- PKM-GT (SEKOLAH HATI)
- Let's share thE inSpiration: manfaat mendengar sua...
- manfaat mendengar suara Al Quran (dapat menyembuhk...
- Let's share thE inSpiration: .
- Let's share thE inSpiration: Let's share thE inSpi...
-
▼
November
(
14
)
Archive for November 2014
Let's share thE inSpiration: contoh motivating dalam memanajemen
Let's share thE inSpiration: motivasi dalam memanajemen: Laporan Observasi Motivating “ Motivating yang dilakukan oleh manajer di PAUD Al-Falah Darussalam Tropodo” Disusun : Mas...
Let's share thE inSpiration: motivasi dalam memanajemen
Let's share thE inSpiration: motivasi dalam memanajemen: Laporan Observasi Motivating “ Motivating yang dilakukan oleh manajer di PAUD Al-Falah Darussalam Tropodo” Disusun : Mas...
motivasi dalam memanajemen
Laporan
Observasi
Motivating
“Motivating
yang dilakukan oleh manajer di PAUD Al-Falah Darussalam Tropodo”

Disusun
:
Masrifah
(131034038)
Kelas
2013 B
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014

Alhamdulillah,
puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan
hidayah-Nya. Sholawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad
SAW,
Tauladan sejati sampai akhir zaman sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Laporan
Observasi Manajemen Pendidikan Luar Sekolah yang Berjudul “Laporan Observasi kunjungan lapangan di PAUD Al-Falaq Darussalam
Tropodo” dengan tema kunjungan lapangan sebagai wujud mahasiswa dalam
mengeksplorasi pemahaman dalam memanajemen suatu organisasi atau Lembaga
Pendidikan. Penulisan tugas Laporan ini
disusun untuk memenuhi tugas dalam Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Luar
Sekolah. Pada kesempatan ini tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan
anugrah kesehatan dalam melakukan Observasi di PAUD Al-Falaq Darussalam sehingga
saya bisa menyelesaikan Makalah Laporan Observasi tersebut.
2. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan motivasi
dan kasih sayang yang tidak ternilai, serta Do’a yang selalu dipanjatkan untuk
saya.
3. Bapak
Dr. Soedjarwo, M.S. selaku Dosen Mata Kuliah Manajemen
Pendidikan Luar Sekolah.
Serta
semua pihak yang turut membantu terselesaikan nya penulisan Makalah Laporan
observasi Manajemen Pendidikan Luar Sekolah dan kakak-kakak angkatan yang telah
memberi semangat dan masukan kepada kami hingga penulisan tugas Makalah ini
selesai.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kesempurnaan hanya
milik Allah SWT dan sebagai manusia yang tidak lepas dari salah dan dosa
sehingga masih banyak kekurangan dalam
penulisan Makalah ini, hal ini dikarenakan oleh keterbatasan kemampuan
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan tugas Makalah ini .Semoga tulisan ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan ilmu Manajemen Pendidikan Luar Sekolah dan sumbangan
ilmiah yang sebesar-besarnya bagi penulis dan pembaca.
Hormat
kami
Penulis
Daftar
Isi
Halaman……………………………………………………………………………….………i
Halaman
judul…………………………………………………………………………..........................ii
Kata pengantar………………………………………………………………………………….....iii
Daftar
isi……………………………………………………………………………………............iv
Ringkasan…………………………………………………………………..………………..v
BAB
1 PENDAHULUAN
A.
Latar belakang…………………………………………………………….………….1
B.
Tujuan Observasi……………………………………………………...…….….……4
C.
Rumusan Masalah……………………………………………………..……...……...7
D.
Manfaat penulisan…………………………………………………………...….........8
BAB
II HASIL OBSERVASI
A. Strategi peningkatan Motivasi Kerja
Guru dan staff karyawan
i.
Tanggung jawab seorang pemimpin dalam
memotivasi bawahan……………..9
ii. Pendekatan
Motivasi………………………………………………………...…11
iii. Metode
Motivasi……………………………………………………………….13
iv. Model
Motivasi ………………………………………………………………..15
BAB
III PENUTUP
A.
KESIMPULAN…………………………………………………………..…….16
B.
SARAN………………………………………………………………………...18
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam devinisi perencanaan dikatakan bahwa organisasi
pendidikan ada diantara lingkungannya dan tertenun didalamnya. Ini berarti
organisasi atau lembaga pendidikan tidak dapat dan tidak dibenarkan berdiri
sendiri terlepas dari masyarakat lingkungannya. Ia tidak boleh merupakan menara
gading yang dengan gagah menunjukkan kemegahannya padahal tidak ada fungsinya
bagi masyarakat. Atau sebaliknya ia juga tidak dibenarkan menjadi menara air
yang dengan mudah hanyut dan melebur dengan masyarakat dan tidak menunjukkan
identitas apa-apa.
Secara ideal lembaga pendidikan diharapkan menjadi menara
atau mercu penerang bagi masyarakat sekitarnya, suatu menara yang berada
diantara kutub menara gading dengan menara air tersebut diatas. Diharapkan
organisasi-organisasi pendidikan menjauhi kedua kutup yang ekstrim itu dan
mendekati titik tengahnya yaitu mercu penerang. Apa sebabnya? Karena keberadaan
lembaga pendidikan didalam tenunan masyarakat dapat memberi corak yang indah
dan menarik bagi tenunan masyarakat secara keseluruhan itu.
Dalam
rangka mencapai tujuan organisasi dan mencapai kesuksesan organisasi maka perlu
diadakannya motivating untuk para guru dan staff karyawan yang berada dalam
satu organisasi, maka seorang pemimpin atau manajer harus mempunyai cara dalam
memotivasi bawahannya dalam rangka mencapai tujuan bersama.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan laporan Observasi ini adalah untuk dapat memahami
bahwa Teori Motivasi adalah pendekatan dari berbagai disiplin ilmu atau multi
disiplin yang terkait satu sama lain dalam pengelolahan motivasi kerja karyawan
dan mahasiswa mampu memahami pentingnya manajemen motivasi untuk mencapai
kinerja karyawan yang tinggi dan menjadi organisasi yang unggul. Selain itu membentuk
mahasiswa agar menjadi calon manajer pendidikan yang professional, sesuai
dengan prinsip-prinsip manajemen pendidikan berdasarkan kompetensi pedagogic,
kompetensi kepribadian maupun kompetensi professional selain itu juga, memberi
pengetahuan kepada pembaca khususnya para Mahasiswa tentang keadaan atau
kondisi dalam memanajemen suatu Organisasi atau Lembaga Pendidikan serta dapat
pengetahuan tentang bagaimana proses perencanaan dalam memanajemen pendidikan
dengan baik dan benar dan bagaimana melakukan motivating pada bawahannya.
Selain itu juga tujuan observasi ini untuk mengetahui proses bagaimana seorang
pemimpin memberikan motivasi dengan cara yang baik sehingga bawahannya bisa
bekerja secara all out dan penuh rasa tanggung jawab.
Dan untuk mendeskripsikan beberapa hal, yang mencangkup Motivating
di Al-Falah Darussalam mengenai konsep Pendidikan yang ada di Lembaga ini,
rangkaian perencanaan memanajemen lembaga pendidikan di Al-Falah Darussalam
ini. agar pembaca mendapatkan gambaran keadaan Mtivating
yang dilakukan didalam suatu organisasi dan dengan laporan ini yang menggunakan rancangan
penelitian kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi. Pengumpulan data
dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dokumentasi sehingga tujuan laporan ini juga untuk dapat mengeksplorasi
pemahaman tentang perencanaan mengenai Motivating suatu Lembaga Pendidikan
dan mendapatkan banyak ilmu-ilmu dan
pengalaman yang telah di dapat dalam observasi secara langsung di PAUD
“Al-Falah Darussalam Tropodo”.
C. Rumusan Masalah
1. Strategi-strategi
apa yang digunakan Lembaga Paud Al Falah Darussalam dalam peningkatan Motivasi
kerja guru dan staff karyawan ?
2. Apa
sajakah tanggung jawab yang diemban seorang pemimpin dalam memimpin bawahannya
?
3. Pendekatan
apa saja yang dilakukan oleh Lembaga Paud Al Falah Darussalam dalam memotivasi
guru dan staff karyawan ?
4. Metode
apa saja yang dipergunakan untuk memotivasi pegawai ?
5. Model
motivasi yang seperti apa yang cocok di terapkan didalam Lembaga Paud Al Falah
Darussalam ?
D. Manfaat Penulisan
Penulisan
laporan ini sangat bermanfaat sekali bagi penulis dan khususnya bagi pembaca,
karena:
memberikan
kesempatan kepada penulis untuk memberikan atau membagikan ilmu pengetahuan
kepada pembaca dan penulisan ini juga sangat bermanfaat bagi penulis maupun
bagi pembaca untuk bekal agar memiliki kompetensi manajemen, kompetensi
kepribadian dala memanajemen dan pengetahuan untuk dapat memberikan gambaran
dan data-data secara langsung tentang keadaan saat observasi di lapangan
sehingga penulis sendiri dapat mempelajari dan mengkaji tentang bagaimana
memanajemen suatu lembaga secara baik dan benar melalui kunjungan lapangan
secara langsung di PAUD Al-Falah Darussalam.
Tidak
hanya bagi penulis, laporan makalah ini juga bermanfaat bagi pembaca, karena
kita bisa mengetahui realita akan keadaan dan kondisi perencanaan dalam
memanajemen pendidikan disana dan dengan membaca laporan ini juga bisa mendapatkan
pengetahuan yang mungkin sebelumnya belum mengetahui dan setelah membaca ini
jadi mengetahui tentang, bagaimana cara memanajemen suatu organisasi atau
lembaga pendidikan secara baik dan benar. Sehingga lembaga pendidikan dapat
terus maju dan berkembang kearah yang lebih baik. Dan tidak hanya sekedar mengetahui dan
membandingkan kondisi proses memanajemen pendidikan dan pembelajaran disana,
akan tetapi juga kita mendapatkan informasi baru tentang ilmu merangkai perencanaan
manajemen dalam memimpin lembaga
pendidikan. yang dilakukan disana itu seperti apa dan tahu bagaimana
susahnya memanajemen lembaga pendidikan dan kendala-kendala yang dihadapinya
dan cara menangani kendala tersebut sehingga dengan adanya laporan observasi
ini kita bisa belajar banyak dari sana dan bisa mencontoh hal-hal positive yang
telah didapat dari sana dalam mengelolah atau merangkai perencanaan manajemen
suatu lembaga pendidikan .
BAB II
HASIL PENGAMATAN
A. Strategi Peningkatan Motivasi Kerja
guru dan staff karyawan.
Strategi dapat diartikan secara sederhana sebagai apa yang akan dilakukan oleh sebuah organisasi. Adapun ciri-ciri strategi menurut Stoner dan Sirait
(1996:140) adalah mempunyai :
1. Wawasan waktu, meliputi cakrawala
waktu yang jauh ke depan, yaitu waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan juga waktu yang diperlukan
untuk mengamati
dampaknya.
2. Dampak. Walaupun hasil akhir dengan mengikuti suatu strategi tertentu tidak langsung terlihat untuk jangka waktu yang lama
dampak
akhir akan sangat
berarti.
3. Pemusatan upaya. Sebuah strategi yang efektif
biasanya mengharuskan
pemusatan kegiatan,
upaya atau
perhatian
terhadap
rentang sasaran yang sempit.
4. Pola Keputusan. Kebanyakan strategi mensyaratkan bahwa sederatan keputusan
tertentu harus
diambil sepanjang waktu.
Keputusan-keputusan
tersebut harus
saling menunjang
artinya mereka mengikuti
suatu pola yang konsisten.
5. Peresapan. Sebuah strategi mencakup suatu spektrum kegiatan yang luas mulai
dari proses alokasi sumber daya sampai dengan
kegiatan
operasi harian.
Selain itu adanya konsistensi sepanjang waktu dalam kegiatan-kegiatan ini mengharuskan
semua tingkatan organisasi bertindak, secara naluri dengan cara-cara yang
akan
memperkuat strategi. Berdasarkan
pengertian konsep
itu strategi yang
telah dikemukakan oleh pimpinan
Lembaga Paud Al Falah Darussalam telah mencerminkan kelima indikator tersebut di atas. Memang
harus diakui bahwa
dalam rangka merumuskan sebuah strategi tidak mudah, tetapi
perlu melibatkan semua bawahan. Strategi itu dibuat dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan organisasi pendidikan Paud sebagai ujung
tombak bagi anak usia dini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
sekolah Paud Al Falah Darussalam diketahui dalam merumuskan suatu strategi dengan mengajak para
guru dan staff karyawan (TU) untuk membuat suatu kegiatan yang
dapat meningkatkan gairah kerja bawahan. Misalnya pembentukan tim yang
disertai dengan insentif untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan di sekolah.
Sebagai seorang pimpinan
sebuah organisasi pendidikan, setidak-tidaknya ada 3 (tiga)
tanggung jawab seorang pimpinan
dalam
memotivasi
bawahan. Ketiga tanggung jawab itu adalah :
a. Merumuskan batasan pelaksanaan
pekerjaan bawahannya.
Setiap pimpinan unit
kerja harus mampu merumuskan batasan atau
mendeskripsikan mengenai apa yang diharapkannya dari pekerja dalam
melaksanakan tugasnya masing-masing.
Deskripsi ini harus berorientasi pada pelaksanaan pekerjaan yang efektif secara
berkelanjutan untuk semua
pekerja. Deskripsi volume
dan
beban kerja
secara individual sumbernya dapat diperoleh
dari hasil analisis
pekerjaan.
Perumusan tujuan pekerjaan yang
memenuhi
persyaratan, akan
memotivasi bawahan meningkatkan kemampuan dalam
melaksanakan pekerjaan yang
menjadi tanggung
jawabnya. Berdasarkan hasil
wawancara dengan informan diketahui bahwa
guru
melalui kepala
sekolah dan manajer telah menyusun rumusan tugas masing-masing staf dan menginventarisasi
pekerjaan masing-masing staf dalam bentuk uraian tugas, sehingga
mereka dapat
memahami tugas pokok dan fungsinya.
b. Menyediakan dan melengkapi
fasilitas untuk pelaksanaan
pekerjaannya.
Fasilitas tidak sekedar peralatan kerja yang menjadi tanggung
jawab pimpinan untuk
pengadaannya. Fasilitas yang menjadi tanggung jawab pimpinan yang
terpenting diantaranya adalah
usaha dalam
memperkecil
hambatan-hambatan yang
mengganggu kelancaran pekerjaan. Disamping
itu, tersedianya pekerja yang
berkualitas tergantung pada
kemampuan melakukan seleksi pada waktu
penerimaan pekerja. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
diketahui bahwa
kepala sekolah selalu berusaha
untuk
memenuhi fasilitas pekerjaan bawahannya, namun
dengan ketersediaan anggaran
yang masih terbatas, maka
belum
semuanya
fasilitas kantor dapat dipenuhi. Kondisi ini
dipertegas dari hasil wawancara
diketahui adanya keluhan dari staf
mengenai kurangnya sarana
dan
prasarana seperti
ruang kelas yang kurang luas , serta kondisi tempat parker yang kurang memadai.
c. Memilih
dan melaksanakan
cara terbaik
dalam
mendorong atau memotivasi.
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa dorongan kerja pada para pegawai
di lingkungan unit kerja masing-masing dengan memberikan ganjaran. Dalam kenyataannya para pimpinan pada umumnya mengetahui bahwa
pemberian
ganjaran dalam bentuk insentif kurang
berfungsi sebagai motivasi untuk jangka
waktu yang
lama. Ganjaran yang efektif sebagai motivasi kerja harus memenuhi persyaratan, yaitu berharga bagi bawahan, jumlah yang memadai, waktu yang
tepat, berbagai
jenis yang
disukai
dan diberikan
secara adil
dan wajar. Berdasarkan hasil wawancara
diketahui dalam aktivitas di kantor lembaga pendidikan Paud selalu memberikan perhatian kepada bawahannya untuk
bekerja giat dengan memberikan insentif berupa uang. Namun insentif tersebut kurang berfungsi
sebagai
sarana motivasi.
Menurut Armstrong (1998:83-88) ada beberapa strategi untuk meningkatkan motivasi
kerja pegawai. Strategi yang diterapkan antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Strategi penggunaan
pendekatan yang disederhanakan. b.
Strategi penggunaan
metode motivasi.
c. Strategi menyatukan semua cara
untuk memotivasi. Hal ini dilakukan untuk
memberikan kesempatan kepada bawahan menentukan sasaran dan memberikan umpan
balik yang positif jika mereka
melakukan
sesuatu
dengan benar
dan umpan balik negatif jika
mereka melakukan kesalahan termasuk di dalamnya adalah
model motivasi.
B. Pendekatan
Motivasi
Ada tiga pendekatan dasar yang dianjurkan
oleh pakar motivasi. Masing-masing
pendekatan tersebut mempunyai keunggulan, tetapi karena
pendekatan tersebut sering diajukan
sebagai satu-satunya jawaban
terhadap semua masalah
motivasi mereka
menjadi terlalu sederhana. Ketiga pendekatan itu adalah :
1. Wortel dan
batang kayu kecil.
Berdasarkan wawancara diketahui bahwa orang
bekerja mengharapkan penghargaan. Mereka akan bekerja
keras jika pimpinan membayarnya dan akan
bekerja lebih
keras
lagi,
jika
pimpinan membayarnya lebih
besar lagi.
Bila
mereka bekerja tidak
memuaskan, kemudian pimpinan menghukum mereka. Pendekatan wortel dan tongkat kayu kecil bekerja baik dalam kondisi tertentu. Tetapi tidak berlaku lagi begitu seseorang telah mencapai taraf kehidupan yang memadai dan mulai
digerakkan
terutama oleh
kebutuhan
dari tingkat yang
lebih tinggi .
Pimpinan tidak dapat memberi seseorang harga diri, atau rasa hormat dari teman-
temannya ataupun
pemenuhan kebutuhan aktualisasi atau
pernyataan
diri sepenuhnya. Orang-orang yang
di tempat kerjanya tidak lagi mempunyai peluang untuk memuaskan kebutuhan yang sekarang penting
baginya akan berperilaku
tepat seperti yang telah
dapat kita duga,
lamban, pasif,
tidak mau menerima
tanggung jawab, mudah terkena hasutan, menuntut keuntungan ekonomis
yang berlebihan. Berdasarkan hasil
pengamatan dan
wawancara bahwa kepala sekolah Paud Al Falah Darussalam telah menerapkan cara
seperti ini kepada
seluruh pegawai
yaitu memberikan uang insentif bagi yang bekerja di luar jam kerja dan tidak
memberikan insentif bagi mereka yang
tidak bekerja. Hal
ini, merupakan tindakan
yang kurang tepat karena karakter dan tingkat
pendidikan masing-masing pegawai tidak sama. Cara ini lebih tepat bagi pegawai yang mempunyai tingkat pendidikan dan
kebutuhan yang masih
relatif rendah.
2. Motivasi
melalui
pekerjaan
itu sendiri.
Bawahan diberi pekerjaan yang menantang
dan tingkat kepuasan kerja sehingga prestasi mereka tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan diketahui, pendekatan ini telah diterapkan kepada
para
bawahan, namun disayangkan bahwa
kepala sekolah masih memilih
pegawai
yang menurut
pendapatnya
masih mau
diatur beliau. Memberi kesan kepala sekolah bersifat like and dislike.
Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa ada beberapa orang staf suatu seksi
yang melaksanakan tugas seksi lain
atas
kepala sekolah. Akibatnya pegawai yang
berada pada seksi tersebut tugasnya sudah diambil oleh staf yang diperintah oleh kepala
sekolah tersebut. Hal ini dipertegas
lagi
berdasarkan
hasil wawancara dengan beberapa informan bahwa staf tersebut memang loyal atas perintah kepala
sekolah, sedangkan staf yang
telah diambil tugasnya memang jarang masuk kantor dan tidak
sejalan dengan beberapa kebijakan kepala
sekolah.
3.
Sistem manajer satu menit.
Pimpinan
menentukan sasaran bersama anak buahnya,
dan memberikan umpan
balik yang
positif jika mereka melakukan sesuatu dengan benar dan umpan balik yang
negatif, jika mereka salah melakukan sesuatu. Berdasarkan hasil wawancara
dan pengamatan, diketahui kepala
sekolah menentukan sasaran
dan
kebijakan program
hanya untuk
kalangan guru pengajar. Misalnya
dalam
penyusunan Rencana Anggaran Satuan
Kerja,
Rencana Strategis dan
Penetapan Kinerja. Dalam hal ini kepala
sekolah kurang sekali memberikan kesempatan kepada bawahan level staf untuk
menentukan sasaran secara
bersama-sama anak buahnya. Kondisi ini, diakui oleh beberapa orang
pegawai, sehingga mereka kurang peka dan
terkesan cuek dengan beberapa
kebijakan yang diambil oleh pimpinan. Hal ini
dipertegas dengan jawaban beberapa informan yang
menyatakan bahwa mereka
tidak mengerti apa yang dimaksud
dengan istilah tersebut
di atas.
C. Metode Motivasi
Ada beberapa metode yang dipergunakan untuk
memotivasi pegawai yaitu :
1. Mempergunakan
uang sebagai
penghargaan dan insentif.
Uang
dalam bentuk gaji atau beberapa bentuk tunjangan lainnya adalah penghargaan buatan yang paling manjur. Uang
sangat berpengaruh karena
mempunyai hubungan langsung ataupun tidak langsung dengan pemenuhan kebutuhan. Uang
sendiri mungkin tidak memiliki arti hakiki, tetapi menimbulkan
kekuatan motivasi yang
berarti karena uang datang untuk
melambangkan begitu
banyak sasaran yang tidak terlihat. Uang berfungsi sebagai symbol bagi berbagai orang dalam situasi yang
berbeda. Orang
tentu saja menginginkan uang dan
seorang pimpinan harus membayarnya dengan jumlah yang
sesuai agar mereka tetap bekerja
di dalam organisasi. Pengecualian satu-satunya adalah jika kepuasan
yang diperoleh
dari pekerjaan dapat mengalahkan uang. Walaupun efektivitas
uang sebagai sarana untuk memperbaiki prestasi kerja dan meningkatkan
produktivitas tergantung cara memandangnya sebagai sarana pasti
untuk mencapai sasaran,
namun
kekuatannya tergantung
pada dua faktor. Pertama
adalah faktor kebutuhan dan kedua adalah tingkat sejauhmana
seseorang yakin perilakunya akan menghasilkan uang
untuk memenuhi kebutuhan yang merupakan
harapannya mengenai
kemungkinan usahanya cukup
dihargai. Oleh karena itu, uang dapat memberikan motivasi positif dalam situasi yang sesuai,
artinya penghargaan
sepatutnya berhubungan dengan
usaha atau tingkat
tanggungjawab seseorang dan tidak menerima uang lebih sedikit dari hak mereka dibandingkan
dengan teman-teman
sekerja mereka.
Untuk menggunakan uang
secara efektif sebagai motivator dan untuk menghindari agar uang tidak menghilangkan motivasi maka seseorang pimpinan
harus memberikan gaji atau insentif yang bersaing
untuk menarik dan mempertahankan orang, memberikan penilaian terhadap pekerjaan
yang harus
menggambarkan nilai pekerjaan tersebut bagi organisasi dan berikan
secara adil dan pantas, menghubungkan insentif
dan
prestasi kerja
dimana saja mungkin,
dengan sendirinya akan memberikan suatu insentif
langsung. Insentif berfungsi sebagai motivator apabila penghargaan itu pantas didapatkan sesuai dengan usaha
dan
harapan dari aparatur bahwa
usahanya itu akan diikuti oleh penghargaan
dengan cepat dan konsisten. Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan
diketahui kepala sekolah dalam memberikan insentif kepada
bawahan bersifat insidentil.
Berdasarkan fakta
di lapangan pemberian insentif tersebut dibagikan pada waktu
selesai kegiatan seperti Peringatan HUT Lembaga, Lomba Guru terdisiplin, Guru terfavorit, guru
atau staf karyawan teraktif dan sebagainya yang melibatkan banyak tenaga
kerja. Upaya ini,
disambut baik oleh sebagian pegawai, sehingga mereka
termotivasi untuk bekerja walaupun
bukan jam
kerja.
Hal ini, dapat dimaklumi
sebagai
seorang pegawai negeri pengajar yang
diperoleh belum dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari yang
semakin melonjak naik akibat krisis ekonomi yang dialami oleh
negara ini.
2. Menyebutkan
persyaratannya.
Motivasi
bukan hanya
masalah
memberikan
penghargaan
dan insentif.
Orang
harus mengetahui apa yang diharapkan dari mereka agar dikerjakan dan apa yang akan terjadi dengan mereka jika mereka tidak melakukannya. Mereka
harus jelas dengan peranan mereka, sasaran yang
harus mereka capai dan
standar prestasi kerja serta perilaku yang diperlukan. Mereka harus disadarkan mengenai penghargaan berbentuk
uang, kemajuan atau perbaikan status yang dihasilkan
dari kepatuhan kepada harapan akan diterima jika mereka gagal. Motivasi seperti yang
telah dikatakan bukan hanya berbaik hati kepada orang. Pimpinan berhak untuk menuntut sepanjang menghargai sepantasnya jika para bawahan memenuhi
permintaan dan mereka akan menghormati
pimpinan. Pimpinan berhak untuk mengambil tindakan korektif jika
bawahan tidak memenuhi permintaan pimpinan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diketahui bagi pegawai yang
tidak ikut lembur atau tidak aktif dalam berbagai kegiatan yang diadakan
oleh Lembaga Paud sebagai pimpinan
lembaga pendidikan Paud tidak segan-segan memberikan sanksi
dengan tidak
diberikan
insentif walaupun nama
pegawai yang bersangkutan masuk dalam surat tugas. Tindakan tegas ini didukung penuh oleh pegawai oleh karena mereka tidak rela apabila ada pegawai yang hanya mau tahu haknya saja
sedangkan kewajiban
tidak
dilaksanakan.
3.
Mengembangkan Keterikatan.
Pemimpin harus melakukan apa saja yang dapat dikerjakan, untuk meningkatkan
keterikatan dan pengenalan organisasi. Sasarannya
adalah untuk menyatukan sejauh
mungkin kebutuhan
organisasi dan kebutuhan individu,
agar setiap
individu yakin jika organisasi maksimal perhatiannya
dengan bawahan akan
bekerja keras, oleh karena
mereka percaya pada misi
organisasi yang dapat
mengenali nilai-nilainya, sasaran dan kegiatannya. Bahkan akan bekerja lebih keras lagi, apabila mereka merasa bahwa pencapaian hasil yang
diharapkan organisasi akan berguna bagi mereka
juga. Berdasarkan pengamatan keterikatan pegawai dengan organisasi belum optimal karena umumnya para pegawai belum memahami tugas dan fungsinya. Hal ini dipertegas dengan hasil wawancara
diketahui bahwa sebagian dari mereka
tidak mengetahui rumusan tugas dan
uraian tugas
masing-masing.
4. Memotivasi melalui pekerjaan
itu sendiri.
Dengan diberikannya struktur gaji yang pantas dan bersaing akan menawarkan
insentif keuangan yang efektif seorang
pimpinan akan lebih mengenal dan memberikan motivasi yang bertahan dalam jangka waktu lama dengan
mengembangkan sistem penghargaan hakiki. Penghargaan hakiki terkandung
di dalam pekerjaan itu sendiri dan akan memberikan kepuasan apabila orang dapat merasakan perasaan
berprestasi,
mengungkapkan dan
menggunakan
kemampuan mereka, dan
menggunakan
kekuatan pengambilan
keputusan mereka sendiri. Berdasarkan
hasil wawancara diketahui
dalam
melaksanakan
tugasnya kepala sekolah tidak bosan-bosannya memotivasi bawahannya agar selalu bekerja
dengan prinsip mencintai pekerjaan
itu sendiri.
Melaksanakan
pekerjaan
dengan ikhlas
imbalannya adalah pahala dari Yang
Maha Kuasa. Hal ini, disampaikan beliau
pada setiap kesempatan dalam rapat staf, dan pada moment-moment
yang non formal
seperti safari
keagamaan dan
sebagainya.
5. Menghargai
dan
mengakui prestasi kerja.
Sistem penggajian memberikan penghargaan yang
pantas terhadap suatu prestasi, dissamping
itu pimpinan dapat pula menghargai mereka dengan memberi mereka
lebih banyak tanggung
jawab dan juga kesempatan untuk mendapatkan promosi
dan
meningkatkan status. Penghargaan yang terbaik dimana penghargaan yang
telah diberikan itu dan orang lain menghargainya. Meskipun
demikian pujian untuk
pekerjaan yang dilakukan secara baik adalah suatu bentuk motivator yang
penting meskipun pujian itu memang seharusnya didapatkan. Nilai pujian akan hilang
jika diberikan secara umum. Menurut informan diketahui bahwa kepala
sekolah menghargai dan
mengakui prestasi kerja bawahannya dengan mengusulkan pegawai yang
bersangkutan untuk dipromosikan ke jenjang yang
lebih tinggi, antara
lain
dari jabatan staf ke jabatan
pengajar atau sekretaris
di administrasi.
6. Mengembangkan kepemimpinan.
Kepemimpinan memainkan peranan
kunci dalam motivasi.
Menurut informan bahwa
kepemimpinan kepala sekolah akan meningkatkan keterikatan dan pengenalan, dan
memberikan perasaan
diarahkan. Kepemimpinan dapat
memperjelas peranan dan
sasaran, memberikan perasaan bertujuan,
dan
meningkatkan semangat kelompok.
Kepemimpinan dari orang-orang yang berwibawa akan membuat semua orang
menerima apa yang kadang-kadang disebut sasaran atasan, yaitu sasaran di atas
dan di luar tanggung
jawab,
dapat
juga
digunakan
dalam
berbagai keadaan,
misalnya pada waktu kritis. Tetapi pemimpin
yang tenang dan mantap yang membawa orang
bersama-sama hanya karena ia mengetahui dengan jelas kemana
dia pergi dan cara untuk sampai ke sana. Seorang
pimpinan harus dapat memberdayakan pegawai yang ada dengan kemampuan dan kecakapan baru.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
sekolah diperoleh informasi kemampuan dan kecakapan yang harus
dipunyai
oleh seorang pimpinan yang memberdayakan
pegawai adalah membuat mampu,
memperlancar, berkonsultasi,
bekerjasama,
membimbing, dan mendukung. Membuat mampu artinya seorang
pimpinan harus dapat membuat
bawahannya mampu melaksanakan aktivitas
yang dibebankan kepadanya dengan diiringi
sumber daya yang dibutuhkan dalam bekerja.
Kemudian
pemimpin dalam memperlancar adalah berusaha menghindarkan
rintangan-rintangan yang menghambat percepatan pekerjaan.
Berkonsultasi
adalah kecakapan yang harus dimiliki
oleh pimpinan tidak hanya menyangkut
pekerjaan rutin sehari-hari
melainkan
juga masalah
strategis
organisasi. Kerjasama adalah sebuah kecakapan yang
harus dimiliki oleh
seorang
pimpinan karena tanpa
kerjasama
bawahan pimpinan tidak dapat berbuat banyak. Demikian pula dengan membimbing berarti memberikan yang
terbaik bagi bawahannya, karena dengan
memberikan bimbingan maka melatih
bawahan agar lebih
terampil
dan
bekerja dengan lebih baik, serta mendukung
berarti memberikan kepercayaan
kepada bawahan untuk
melakukan yang terbaik bagi pekerjaannya,
walaupun
kadang-kadang terdapat kesalahan yang
tidak disengaja ketika mencoba
melakukan peningkatan pekerjaannya.
D. Model Motivasi
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa kepala
sekolah Al Falah Darussalam ini menerapkan beberapa
cara
untuk menyimpulkan dan menggunakan berbagai konsep
motivasi yaitu dengan mengembangkan
model motivasi.
Beberapa model motivasi
yang diterapkan untuk memotivasi bawahan antara lain seperti yang dikemukakan oleh
Miles dalam Keban (2004:88-89) yaitu model
tradisional, model human relation,
dan model human resources.
Berdasarkan penjelasan kepala sekolah bahwa model tradisional atau model manusia rasional memandang bahwa upah lebih
penting dari
pekerjaan
itu sendiri, memandang
bawahan sebagai orang yang tidak senang dengan pekerjaan sehingga harus selalu dikontrol. Seseorang akan termotivasi oleh gabungan penghargaan, uang, dan
hukuman. Namun bagi beberapa orang dan dalam berbagai situasi pendekatan ini pengaruhnya hanya dalam waktu singkat. Selanjutnya
dalam model ini seorang pimpinan berasumsi bahwa pekerjaan itu tidak menyenangkan bagi manusia, upah
lebih penting dari kerja itu sendiri, dan bahwa hanya sedikit sekali orang yang memiliki pengendalian dan pengarahan dini, maka
jalan keluar yang dilakukan oleh pimpinan adalah melakukan supervisi yang ketat, merumuskan berbagai cara dan prosedur kerja sesederhana
mungkin,
dan memaksakan apa
yang diinstruksikan kepada bawahannya. Dengan demikian diharapkan bawahan akan patuh dan
menghasilkan apa
yang telah ditetapkan. Berdasarkan
observasi diketahui
bahwa
kepala sekolah selalu memberikan insentif pada saat pelaksanaan pekerjaan seperti kegiatan yang diadakan di sekolah, HUT lembaga
Pendidikan Paud, dan sebagainya
untuk
meningkatkan motivasi
pegawai dalam
bekerja.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, seorang
kepala sekolah sangat
dipengaruhi oleh pola pikir manajemen tradisional atau klasik yang
melihat manusia yang
dipimpinnya adalah orang yang tidak senang
dengan pekerjaan, malas, bodoh, tidak suka bertanggungjawab, dan tidak mampu mengendalikan diri, serta selalu mengutamakan uang. Oleh karena itu,
bawahan seharusnya dikontrol secara ketat, pekerjaannya harus
dirumuskan secara sederhana
dan jelas dan berusaha
menterjemahkan kegiatannya ke dalam prosedur-prosedur dan rutinitas yang rinci dan memaksanya untuk mengikutinya, dan mendorong bekerja dengan paksaan atau
memanipulasinya dengan uang. Hal ini merupakan tugas utama seorang
manajer, dan
harapannya agar bawahannya dapat bekerja terus dan
selalu berusaha memenuhi standar yang dituntut.
Prinsip itu, lebih cocok diterapkan dimana
kualitas para bawahan masih rendah
dan
memprihatinkan, dan bawahan nampak sangat berorientasi kepada kebutuhan fisik dan rasa
aman, dimana
mereka bekerja dengan orientasi memenuhi kebutuhan pokok.
Walaupun demikian, diketahui
bahwa pola manajemen
yang menekankan
prosedur yang standar dan rutinitas ini, hanya cocok untuk suasana yang stabil, tidak
mudah berubah. Bila suasananya tidak
stabil maka pola ini
justru tidak bermanfaat.
Model tradisional ini terkait
dengan prinsip-prinsip manajemen ilmiah, yang
mengasumsikan bahwa orang mengevaluasi dulu hasil pelbagai tindakan dan memilih
diantaranya yang paling potensial memberikan manfaat maksimal, misalnya mereka
menerapkan pertimbangan rasional berdasar kriteria ekonomis. Asumsi ini dirinci ke
dalam
delapan asumsi spesifik yaitu
:
1. Bawahan
termotivasi terutama
oleh insentif
ekonomis,
dan akan melakukan aktivitas yang menawarkan manfaat ekonomis
terbesar.
2. Bawahan
bersikap pasif dan
mesti dimanipulasi, dimotivasi, dan
dikontrol manajemen karena manajemenlah yang mengendalikan
insentif ekonomis.
3. Emosi
pada dasarnya adalah irasional, dan mencampuradukkan antara kalkulasi
rasional dengan kepentingan pribadi
mesti dicegah.
Organisasi
mesti dirancang
sedemikian
rupa sehingga emosi
bawahan
yang bersifat tidak
mudah diprediksi bisa dikendalikan dan
dinetralisir. Manusia
pada dasarnya malas dan
mesti dimotivasi dengan
insentif eksternal.
Tujuan pribadi karyawan bertentangan dengan tujuan organisasi dan diperlukan kekuatan eksternal guna menggerakkan upaya-upaya tersebut agar selaras dengan tujuan
organisasi. Karyawan tidak mampu mengendalikan dan mendisiplinkan diri karena perasaan- perasaan irasional mereka. Karyawan bisa dibagi menjadi dua kelompok, mereka yang cocok dengan asumsi di
atas, dan mereka yang mampu memotivasi diri, mengontrol diri sendiri dan tak gampang
terpengaruh emosi. Kelompok kedua ini mesti diberi tanggung
jawab mengelola kelompok pertama.
Selanjutnya menurut kepala sekolah bahwa model human relation
memandang bahwa
bawahan ingin selalu berguna dan penting, dan dikenal sebagai seorang individu yang
berarti dan keinginan itu lebih penting
dari pada uang. Untuk itu, memuji individu,
mendengarkan
keluhan dan saran
bawahannya,
dan
membiarkan bawahannya
melakukan pengendalian dan
pengarahan diri dalam hal-hal rutin merupakan sesuatu yang penting, sehingga menjadi kerasan dan termotivasi dan bersedia bekerja sama
secara sukarela. Berdasarkan observasi diketahui bahwa kepala sekolah menerapkan model ini dengan
memberikan
pujian, mendengarkan
keluhan dan saran
bawahannya
pada setiap kesempatan rapat
staf,
diskusi dan pada saat pelaksanaan
pekerjaan.
Pelaksanaan fungsi pengintegrasian
organisasi dengan variabel di atas, seorang pimpinan sangat
dipengaruhi oleh pandangan human
relation suatu aliran
baru, setelah manajemen klasik yang memandang
manusia sebagai makhluk yang
selalu berupaya sebagai pihak yang berguna dan penting, ingin diterima dan dikenali dalam kelompok atau organisasi dan bahwa uang tidak lebih penting
dari keinginan di atas. Oleh karena itu, tugas utama seorang pimpinan adalah menciptakan hubungan baik dan berusaha membuat bawahannya merasa penting, berusaha mendengarkan semua keluhannya dan memberi ijin kepada mereka dalam batas-batas tertentu untuk
melakukan
kontrol dan pengarahan diri. Harapannya adalah
bahwa kepuasaan
bawahan akan tercapai, semangat kerja
meningkat, dan kerjasama
akan terus berjalan.
Hubungan antar manusia adalah hubungan kemanusiaan yang harmonis,
tercipta atas
kesadaran dan kesediaan melebur keinginan individu demi terpadunya kepentingan bersama. Tujuannya adalah
menghasilkan integrasi yang
cukup kokoh, mendorong
kerjasama yang
produktif dan kreatif untuk mencapai sasaran bersama. Seorang
pimpinan dalam menciptakan hubungan antar manusia yang harmonis memerlukan kecakapan dan keterampilan tentang komunikasi, psikologi, sosiologi, antropologi, sehingga dapat memahami serta mengatasi masalah-masalah dalam hubungan kemanusiaan.
Kepemimpinan yang terbuka
dan
mendorong partisipasi serta keberanian
bawahan untuk
menyampaikan pendapat dan keluhan-keluhannya.
Kondisi ini, akan tercipta dengan memanfaatkan komunikasi dua arah, formal atau informal, vertikal ataupun horizontal, sehingga terdapat saling pengertian dan penghayatan mengenai
kebijakan yang
diambil. Selain itu, dengan cara ini, bawahan merasa mendapat pengakuan dan perlakuan yang baik, mendorong mereka untuk berpartisipasi aktif
dan
mengerjakan pekerjaannya dengan antusias. Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi diketahui kepala
sekolah selaku seorang pemimpin telah berupaya mewujudkan tersebut di atas, dimana keluhan-keluhan disampaikan
pada rapat mingguan atau bulanan sebagai evaluasi atas pelaksanaan tugas selama
sebulan.
Model ini, sejalan
dengan konsep manusia
sosial yang mempunyai asumsi sebagai
berikut:
1. Pegawai pada dasarnya termotivasi kebutuhan sosial dan memperoleh sense of
identity melalui hubungannya dengan
orang lain.
2. Rasionalisasi proses kerja telah mencabut makna dari pekerjaan dan karenanya makna kerja mesti dicari dari
hubungan sosial yang tercipta saat bekerja. 3.
Kolega
atau
kelompok rekan kerja dengan tekanan sosialnya
lebih direspon
pegawai ketimbang insentif dan kontrol
manajemen.
4. Agar pegawai merespon manajemen,
maka atasan mesti memenuhi
dulu kebutuhan sosial
dan kebutuhannya untuk
diterima.
Asumsi ini, membawa perubahan besar pada pendekatan, dimana pimpinan disarankan tak hanya
fokus pada
efisiensi tugas, namun juga menimbang kebutuhan sosial pegawai. Interaksi sosial dianggap sebagai sarana
peningkatan motivasi, bukan
sekedar faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja, dan selayaknya pimpinan
menganggap kelompok kerja, lebih sebagai faktor
kontributor penting pada
motivasi pegawai ketimbang sebagai
faktor pengganggu.
Selanjutnya asumsi manusia sosial
berdampak pada dua pendekatan
terkait
walau agak beda. Pendekatan pertama
adalah penekanan pada
hubungan manusia,
dimana pimpinan selayaknya lebih berfungsi menjadi pengawas dan pencipta
kerja, penyokong pegawai yang simpatik dan membiarkan mereka melakukan tugasnya daripada langsung
main perintah untuk menyelesaikan pekerjaan.
Hal ini, berdampak
pada penerapan gaya kepemimpinan yang
tidak begitu otokratis, namun lebih supportif. Pendekatan kedua adalah pendekatan sistem sosio-teknik, dimana
diupayakan integrasi kebutuhan sosial pegawai dengan tuntutan teknis pekerjaan, lazimnya dengan lebih condong
pada desain kerja kelompok,
ketimbang tugas individual, dan seringkali dibarengi dengan insentif
berbasis kelompok
dan bukan individu.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sebagai seorang pimpinan
sebuah organisasi pendidikan, setidak-tidaknya ada 3 (tiga)
tanggung jawab seorang pimpinan
dalam
memotivasi
bawahan. Ketiga tanggung jawab itu adalah : a) Merumuskan batasan pelaksanaan
pekerjaan bawahannya.
Setiap pimpinan unit
kerja harus mampu merumuskan batasan atau
mendeskripsikan mengenai apa yang diharapkannya dari pekerja dalam
melaksanakan tugasnya masing-masing.
Deskripsi ini harus berorientasi pada pelaksanaan pekerjaan yang efektif secara
berkelanjutan untuk semua
pekerja. Deskripsi volume
dan
beban kerja
secara individual sumbernya dapat diperoleh
dari hasil analisis
pekerjaan.
Perumusan tujuan pekerjaan yang
memenuhi
persyaratan, akan
memotivasi bawahan meningkatkan kemampuan dalam
melaksanakan pekerjaan yang
menjadi tanggung
jawabnya. b)Menyediakan dan melengkapi
fasilitas untuk pelaksanaan
pekerjaannya.
Fasilitas tidak sekedar peralatan kerja yang
menjadi tanggung jawab pimpinan
untuk pengadaannya. Fasilitas yang menjadi tanggung jawab pimpinan
yang terpenting diantaranya
adalah usaha
dalam memperkecil hambatan-hambatan
yang mengganggu kelancaran pekerjaan. c) Memilih dan
melaksanakan
cara terbaik
dalam
mendorong atau memotivasi.
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa dorongan kerja pada para pegawai
di lingkungan unit kerja masing-masing dengan memberikan ganjaran. Dalam kenyataannya para pimpinan pada umumnya mengetahui bahwa
pemberian
ganjaran dalam bentuk insentif kurang
berfungsi sebagai motivasi untuk jangka
waktu yang
lama.
Menurut Armstrong (1998:83-88) ada beberapa strategi untuk meningkatkan motivasi
kerja pegawai. Strategi yang diterapkan antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Strategi penggunaan
pendekatan yang disederhanakan. b.
Strategi penggunaan
metode motivasi.
c. Strategi menyatukan semua cara
untuk memotivasi. Hal ini dilakukan untuk
memberikan kesempatan kepada bawahan menentukan sasaran dan memberikan umpan
balik yang positif jika mereka
melakukan
sesuatu
dengan benar
dan umpan balik negatif jika
mereka melakukan kesalahan termasuk di dalamnya adalah
model motivasi.
B.
SARAN
Efektivitas seorang pimpinan organisasi dalam memotivasi bawahannya, ada beberapa hal yang
menjadikan perhatian untuk dilakukan yaitu mengenali diri sendiri, mengenali situasi yang dihadapi, memilih
gaya kepemimpinan yang
cocok
dengan
situasi tersebut, penuhi kebutuhan tugas, penuhi kebutuhan kelompok dan penuhi
kebutuhan individu.
Seorang
pemimpin, akan mulai dengan kemampuan alami tertentu dan melalui pengalaman dan keterampilan yang dimiliki
dalam mengelola proses perubahan
organisasi. Hal ini membawa dampak perubahan
terhadap semua orang, dan
dipahami bagaimana mengatasi perubahan yang terjadi. Perubahan besar menciptakan masalah
manajemen
yang amat komplek,
dan diharapkan semua
orang
yang terkait bisa belajar
dari proses tersebut. Kemudian dalam mencapai tujuan perubahan
tentu saja berbeda dengan belajar dari proses perubahan tersebut, namun, hanya dengan melakukan hal itu, organisasi akan mampu mempertahankan efektivitas kinerja
dalam
jangka panjang.
Efektivitas mengelola
perubahan diperlukan kemampuan dalam menciptakan sintesa
antara pekerja, sumber
daya, gagasan, peluang dan
tuntutan. Seorang pimpinan butuh keterampilan layaknya seorang konduktor orkestra. Visi dan
kreativitas penting, namun, kemampuan menyusun rencana
sistematis untuk penyediaan logistik sumber daya, dukungan dan pelatihan merupakan inti dari semua program perubahan, dimana
bawahan dibujuk dan dipengaruhi dengan garis batas
antar
bagian diseberangi atau bahkan dihapus, ide-ide
baru mesti diterima, cara kerja baru
mesti diadopsi, dan standar baru kinerja dan kualitas mesti
dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
ü Fuadi. 2008.
Pengaruh
Faktor-Faktor
Motivasi
Terhadap
Kinerja
Karyawan,
Jakarta:
Jurnal Pendidikan LIPI.
Jurnal Ekonomi dan Manajemen / Vol. 1 No. 3.
ü Hertanto, Ronny Hendra. 2003. Pengaruh Motivasi
dan Kemampuan terhadap Kinerja, Jakarta:
Jurnal Pendidikan LIPI. Jurnal Ekonomi
dan Manajemen / Vol. 4 No. 2.
ü Malayu S.P. Hasibuan. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke-7. Jakarta: PT
Bumi
A