- Back to Home »
- PKM-GT (SEKOLAH HATI)
Posted by : Unknown
Thursday, 6 November 2014
Tugas
PKM-GT
UPAYA
PEMBENTUKAN SEKOLAH KEJUJURAN MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER

Disusun
:
Masrifah
(131034038)
Kelas
2013 B
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2013

Alhamdulillah,
puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan
hidayah-Nya. Sholawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad
SAW, Tauladan
sejati sampai akhir zaman sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Ilmu Alamiah
Dasar dengan Program Kreativitas Mahasiswa-Gagasan Tertulis (PKM-GT) yang
Berjudul UPAYA PEMBENTUKAN SEKOLAH KEJUJURAN MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER dengan
tema “Kreatifitas mengajar dalam Pendidikan Luar Sekolah”. Penulisan tugas PKM-GT ini disusun untuk
memenuhi tugas dalam Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar. Pada kesempatan ini tidak
lupa saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan anugrah
otak dalam berfikir sehingga saya bisa mendapatkan ide tersebut sehingga bisa
menyelesaikan PKM-GT.
2. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan motivasi
dan kasih sayang yang tidak ternilai, serta Do’a yang selalu dipanjatkan untuk
saya.
3. Bapak
Hasan Subekti, S.Pd., M.Pd.. selaku Dosen Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar
4. Kakak-kakak
dan teman-teman yang telah memberikan motivasi dan menghibur.
Serta
semua pihak yang turut membantu terselesaikannya penulisan PKM-GT, kakak-kakak
angkatan yang telah memberi kesempatan dan masukan kepada kami hingga penulisan
tugas PKM-GT ini selesai.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kesempurnaan hanya
milik Allah SWT dan sebagai manusia yang tidak lepas dari salah dan dosa
sehingga masih banyak kekurangan dalam
penulisan PKM-GT ini, hal ini dikarenakan oleh keterbatasan kemampuan
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan tugas PKM-GT ini .Semoga tulisan ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan sumbangan ilmiah yang
sebesar-besarnya bagi penulis dan pembaca.
Hormat
kami
Penulis
Daftar
isi
Halaman……………………………………………………………………………….i
Halaman
judul………………………………………………………………………..ii
Kata
pengantar……………………………………………………………………….ii
Daftar
isi……………………………………………………………………………..iv
Ringkasan…………………………………………………………………..………..v
BAB
1 PENDAHULUAN
A.
Latar belakang……………………………………………………………….2
B.
Tujuan penulisan……………………………………………………...……..3
C.
Manfaat penulisan……………………………………………………..…….3
BAB
II TELAAH PUSTAKA
A.
Pembentukan sekolah kejujuran melalui
pendidikan karakter…………….4
B.
Konsep pembentukan sekolah kejujuran
melalui pendidikan karakter……8
C.
Konfigurasi
Karakter………………………………………………………..10
BAB
III METODE PENULISAN
A.
Prosedur pengumpulan
data………………………………………………...11
B.
Pengolahan data……………………………………………………………..11
C.
Analisis sintesis……………………………………………………………..12
D.
Simpulan dan
saran…………………………………………………………12
BAB
IV ANALISIS MASALAH DAN IMPLIKASI
A.
Penyikapan pemerintah dan meteri
pendidikan dalam memperbaiki karakter pada generasi muda………………………………………………………………12
B.
Solusi membangun dan membentuk karakter
baik……………..…………13
BAB
V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN…………………………………………………………..…14
B.
SARAN……………………………………………………………………...14
DAFTAR
PUSTAKA
RINGKASAN
Sistem pendidikan di Indonesia secara umum masih
dititik beratkan pada kecerdasan kognitif. Hal ini dapat dilihat dari orientasi
sekolah sekolah yang ada masih disibukkan dengan ujian, mulai dari ujian mid,
ujian akhir hingga ujian nasional.
Ditambah latihan-latihan soal harian dan pekerjaan rumah untuk memecahkan
pertanyaan di buku pelajaran yang biasanya tak relevan dengan kehidupan sehari
hari para siswa. Saatnya para pengambil kebijakan, para pendidik, orang tua dan
masyarakat senantiasa memperkaya persepsi bahwa ukuran keberhasilan tidak
selalu dilihat dari prestasi angka angka. Hendaknya institusi sekolah menjadi
tempat yang senantiasa menciptakan pengalaman pengalaman bagi siswa untuk
membangun dan membentuk karakter unggul.
Pendidikan karakter
menjadi kunci terpenting kebangkitan bangsa Indonesia dari keterpurukan untuk
menyongsong datangnya peradapan baru. Di Indonesia akhir-akhir ini menjadi isu
yang sangat hangat sejak Pendidikan Karakter dicanangkan oleh Presiden Susilo
Bambang Yudoyono (SBY). Pada saat peringatan hari Pendidikan Nasional pada
tanggal 2 mei 2010 lalu . Tekat pemerinta tersebut bertujuan untuk
mengembangkan karakter dan budaya bangsa sebagai bagian yang tak terpisahkan
dari system pendidikan Nasional yang harus di dukung secara serius
karakter bangsa dapat di bentuk dari program-program pendidikan atau dalam
proses pembelajaran dan agar dapat membentuk sekolah kejujuran. Apabila
pendidikan memang bermaksud serius untuk membentuk suatu karakter generasi
bangsa ada banyak hal yang harus dilakukan
dan dibutuhkan penyadaran terhadap para pendidik dan juga terhadap
pelaksanaan kebijakan pendidikan , jika kita pahami arti pendidikan secara luas
. pendidikan sebagai proses penyadaran
pencerdasan dan pembangunan
mental atau karakter tentu bukan hanya identic dengan sekolah , akan
tetapi berkaitan dengan proses kebudayaan yang secara umum sedang berjalan dan juga memiliki kemampuan untuk mengarahkan
kesadaran membentuk cara pandang dan juga membangun karakter generasi muda ,
artinya karakter yang menyangkut cara pandang dan kebijakan siswa remaja dan
juga kaum muda secara umum sedikit sekali yang dibentuk dalam ruang kelas atau
sekolah akan tetapi lebih banayk dibentuk oleh proses social yang juga tak
dapat dilepaskan dari proses ideology
dan tatanan material-ekonomi yang
sedang berjalan.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu
utama pendidikan, selain
menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter
inipun diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam mensukseskan Indonesia Emas
2025. Undang Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal
3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan hal ini, maka sekolah kejujuran yang di bangun melalui
pendidikan karakter untuk memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku,
sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya
dikatakan orang berkarakter jelek dan karakter seperti itu harus segera dirubah
menjadi karakter yang baik dan mulia. pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pembentukan sekolah kejujuran yang di bangun melalui adanya Pendidikan karakter merupakan upaya yang terencana dalam proses
pembimbingan dan pembelajaran bagi
individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang mandiri,
bertanggungjawab, kreatif, berilmu, sehat, dan berakhlak mulia baik dilihat
dari aspek jasmani maupun ruhani. Manusia yang berakhlak mulia, yang memiliki
moralitas tinggi sangat dituntut untuk dibentuk atau dibangun agar peradaban
suatu bangsa dapat ditegakkan. Peradaban dan budaya suatu bangsa Indonesia
memiliki ciri tidak hanya sekedar memancarkan kemilau pentingnya pendidikan,
melainkan juga mampu merealisasikan konsep pendidikan dengan cara membangun sekolah kejujuran melalui
pembentukan karakter pembinaan, pelatihan dan
pemberdayaan SDM Indonesia secara berkelanjutan dan merata. Didin Hafidhuddin,dalam PendidikanKarakterBangsaBerbasis
Agama mengemukakan bahwa pendidikan
pada hakikatnya adalah usaha dan upaya bersama yang dilakukan secara sadar,
serius, dan sungguh-sungguh dalam rangka membangun watak dan karakter peserta
didik secara komprehensif.
B.
Tujuan
dan Manfaat penulisan
1)
Tujuan
a) Tulisan ini bertujuan untuk membentuk sekolah
kejujuran melalui pendidikan karakter untuk menciptakan individu yang
berkarakter baik atau unggul dalam melakukan hal-hal yang terbaik terhadap
Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan Negara serta dapat
mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan di sertai dengan kesadaran
emosi dan motivasinya (perasaannya)
b) membentuk kepribadian, moralitas tinggi, watak, dan karakter
generasi muda sekarang agar menghasilkan insan-insan unggulan di segala bidang.
c) Membantu
peserta didik untuk mengembangkan potensi masing-masing individu siswa dengan
cara mengenali dirinya sendiri.
d) Dapat memecahkan prolematika pendidikan akibat
adanya dikotomik ilmu dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
e) Untuk
mengembangkan seluruh potensi anak didik yang manifestasi pengembangan potensi
akan membangun Self Concept yang menunjang kesehatan mental.
f) Mengembangkan
kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan
kebangsaan.
g) Mengembangkan
lingkungan kehidupan “sekolah kejujuran” sebagai lingkungan belajar yang aman,
jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang
tinggi dan penuh kekuatan.
2)
Manfaat penulisan
Gagasan dan penyusunan karya tulis ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang tepat kepada masayarakat khususnya pemerintahan dan
menteri pendidikan mengenai pembentukan sekolah kejujuran melalui adanya
pendidikan karakter, latar belakang pembentukan karakter mental yang baik
(unggul) serta pembentukan karakter kepribadian mental dan moralitas yang
tinggi dan berusaha untuk dapat merubah kepribadian buruk yang sekarang ini
sudah banyak tertanam pada individu khususnya pada anak bangsa.
BAB II.
TELAAH PUSTAKA
A)
Pembentukan
Sekolah kejujuran melalui di terapkannya Pendidikan Karakter untuk Membangun Budaya dan Peradapan Bangsa.
Pendidikan karakter sebenarnya bukanlah hal baru
dalam sistem pendidikan di Indonesia, sejak lama pendidikan karakter ini telah
menjadi bagian penting dalam misi kependidikan nasional walaupun dengan
penekanan dan istilah yang berbeda. Wacana urgensi pendidikan karakter kembali
menguat dan menjadi bahan perhatian sebagai respons atas berbagai persoalan bangsa terutama masalah
dekadensi moral seperti korupsi, kekerasan, perkelahian antar pelajar, bentrok
antar etnis dan perilaku seks bebas yang cenderung meningkat. Fenomena tersebut
menurut H.A.R Tilaar merupakan salah satu ekses dari kondisi masyarakat yang
sedang berada dalam masa transformasi sosial menghadapi era globalisasi (H.A.R Tilaar
1999: 3).
Sesungguhnya pendidikan karakter
merupakan sebuah program kurikuler telah dipraktekan pada beberapa negara.
Sebuah studi yang dilakukan oleh J. Mark Halstead dan Monica J. Taylor
menunjukkan bagaimana pembelajaran dan pengajaran nilai-nilai sebagai cara
membentuk karakter terpuji telah dikembangkan di sekolah-sekolah di Inggris.
Peran sekolah yang menonjol terhadap pembentukan karakter berdasarkan
nilai-nilai tersebut ialah dalam dua hal yaitu:
to build on and supplement the
values children have already begun to develop by offering further exposure to a
range of values that are current in society (such as equal opportunities and
respect for diversity); and to help children to reflect on, make sense of and
apply their own developing values(Halstead dan Taylor, 2000: 169).
Upaya dalam Pembentukan sekolah kejujuran dimulai melalui Pembangunan karakter
budaya dan peradaban suatu bangsa harus dilengkapi dengan nilai-nilai yang
telah dimiliki anak agar berkembang sebagaiamana nilai-nilai tersebut juga
hidup dalam masyarakat, serta agar anak mampu merefleksikan, peka, dan mampu
menerapkan nilai-nilai tersebut, maka pendidikan karakter tidak bisa berjalan
sendirian. Karakter warga negara yang baik merupakan tujuan universal yang
ingin dicapai dari pendidikan kewarganegaraan di negara-negara manapun di
dunia. Meskipun terdapat ragam nomenklatur pendidikan kewarganegaraan di
sejumlah negara menunjukkan bahwa pembentukan karakter warga negara yang baik
tidak bisa dilepaskan dari kajian pendidikan kewarganegaraan itu sendiri (Kerr,
1999; Cholisin, 2004; Samsuri, 2004, 2009).
Pada era Orde Baru pembentukan
karakter warga negara nampak ditekankan kepada mata pelajaran seperti
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) maupun Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) bahkan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB). Di
era pasca-Orde Baru, kebijakan pendidikan karakter pun ada upaya untuk
”menitipkannya” melalui Pendidikan Kewarganegaraan di samping Pendidikan Agama.
Robertson dalam Globalization: Social Theory and
Global Culture, menyatakan era globalisasi ini akan melahirkan global culture (which) is
encompassing the world at the international level. Dengan adanya globalisasi
problematika menjadi sangat
kompleks. Globalisasi disebabkan perkembangan teknologi, kemajuan ekonomi dan kecanggihan
sarana informasi. Kondisi tersebut diatas telah membawa dampak positif sekaligus dampak negatif bagi bangsa indonesia, Kebudayaan negara-negara
Barat yang cenderung
mengedepankan rasionalitas, mempengaruhi negara-negara Timur
termasuk Indonesia yang masih
memegang adat dan kebudayaan leluhur yang menjunjung nilai-nilai tradisi dan
spiritualitas keagamaan.
Kenyataan di atas menjadi tantangan
terbesar bagi dunia pendidikan saat ini. Proses pendidikan sebagai upaya mewariskan nilai-nilai
luhur suatu bangsa yang bertujuan
melahirkan generasi unggul secara intelektual dengan tetap memelihara
kepribadian dan identitasnya sebagai bangsa. Pada aspek inilah letak esensial
pendidikan yang memiliki dua misi utama yaitu “transfer
of values” dan juga “transfer of knowledge”.Pendidikan
hari ini dihadapkan pada situasi dimana proses pendidikan sebagai upaya
pewarisan nilai-nilai lokal di satu sisi menghadapi derasnya nilai global.
Kondisi demikian menurut Tilaar (1999: 17) membuat pendidikan hari ini telah
tercabik dari keberadaannya sebagai bagian yang terintegrasi dengan
kebudayaannya (H.A.R Tilaar 1999: 17). Gejala pemisahan pendidikan dari
kebudayaan dapat dilihat dari gejala-gejala sebagai berikut, yaitu: nilai-nilai kebudayaan dalam
pendidikan telah dibatasi pada nilai-nilai intelektual belaka. dan, nilai-nilai agama bukanlah urusan pendidikan tetapi
lebih merupakan urusan lembaga-lembaga agama”.
Gambaran tersebut menjadi dasar untuk memperhatikan pentingnya
pembangunan karakater (Character building) manusia indonesia yang berpijak kepada
khazanah nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Koentjaraningrat
memberikan jalan bagaimana agar gejala pemisahan pendidikan dari kebudayaan ini
dapat segera teratasi, ia menyarankan pentingnya kembali merumuskan kembali
tujuh unsur universal dari kebudayaan, antara lain: sistem religi dan upacara
keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa,
keseniaan, sistem mata pencaharian hidup dan sistem teknologi dan peralatan.
Kebudyaan yang menjadi alas pendidikan tersebut haruslah bersifat kebangsaan.
Dengan demikian, kebudayaan yang dimaksud adalah kebudyaan yang riil yaitu
budaya yang hidup di dalam masyarakat kebangsaan Indonesia. Sedangkan pendidikan
mempunyai arah untuk mewujudkan keperluan perikehidupan dari seluruh aspek
kehidupan manusia dan arah tujuan pendidikan untuk mengangkat derajat dan
harkat manusia.
B) Konsep Pembentukan Sekolah Kejujuran Melalui
Pendidikan Karakter.
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan
tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif,
percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri,
hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela
berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah
hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun,
ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif,
visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu,
pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan
(estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran
untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak
sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi
perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika,
dan perilaku). Individu yang berkarakter
baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik
terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia
internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya
dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya). Pendidikan
karakter adalah suatu system penanaman
nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran dan kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Pendidikan karakter dapat di maknai “The deliberate as of all dimensions of
school life to foster optimal character development” dalam pendidikan karakter
di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan termasuk
komponen-komponen pendidikan itu sendiri yaitu, isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian penanganan atau pengelolahan mata pelajaran ,
pengelolahan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler,
pemberdayaan saran prasarana pembiayaan,
dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan
karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam
menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter. Selain itu pendidikan karakter
adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter
peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup
keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan
materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Menurut
T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan
pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi
anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang
baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga
negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah
nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan
bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks
pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai
luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina
kepribadian generasi muda. Pendidikan
karakter berpijak dari karakter dasar
manusia yang bersumber berasal dari nilai moral universal (bersifat absolut)
yang bersumber dari nilai agama yang juga disebut sebagai the golden rule
pendidikan karakter dapat mempunyai tujuan yang pasti apabila berpijak dari
nilai-nilai karakter dasar tersebut, menurut para ahli psikolog, beberapa nilai
karakter dasar tersebut adalah cinta kepada Allah dan ciptaanNya (alam dengan
isinya ) , tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih saying, peduli dan
kerja sama , percaya diiri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah ,
keadilan dan kepemimpinan baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai dan
cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri
dari : dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli jujur, tanggung
jawab, kewarganegaraan , ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil dan
punya integritas. Penyelenggaraan
pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar
yang selanjutnya di kembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih
tinggi (yang bersifat tidak absolut/ atau bersifat relative ) sesuai dengan
kebutuhan kondisi dan lingkungan sekolah itu sendiri. Dewasa ini banyak pihak
menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter
pada lembaga pendidikan formal dan informal, tuntutan tersebut didasarkan pada
fenomena social yang berkembang, yakni meningkatkan kenakalan remaja dalam
masyarakat, seperti perkelahia massal dan berbagai kasus dekadensi moral
lainnya, bahkan di kota-kota besar tertentu gejala tersebut telah sampai pada
taraf yang sangat meresahkan oleh karena itu, lembaga pendidikan formal maupun informal sebagai
wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan perannnya
dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan
kualitas pendidikan karakter. Para pakar
pendidikan pada umum nya sependapat tentang pentingnya upaya peningkatan
pendidikankarakter pada jalur pendidikan formal maupun informal, namun
demikian, ada perbedaan-perbedaan di antara mereka tentang pedidikan dan modus
pendidikannya.berhubungan dengan pendekatan ebagai pakar, menyarankan
penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang di kembangkan di
Negara-negara Barat, seperti : pendekatan perkembangan moral, kognitif,
pendekatan analisis nilai dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian yang lain
menyarankan penggunaan pendekatan tradisional, yakni melalui penanaman
nilai-nilai social tertentu dalam diri peserta didik.
Berdasarkan Grand design yang dikembangkan Kemendiknas
(2010) , secara psikologis dan social kultural pembentukan karakter dalam diri
individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia ( kognitif,
afektif, konatif, dan psikomotorik ) dallam
konteks interaksi social kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat
) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks
totalitas proses psikologis dan social
kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam : olah hati ( spiritual and
emotional development ) , olah piker ( intellectual development ), Olah Raga
dan Kinestetik ( physical and kinesthetic development ) dan Olah Raga dan Karsa ( affective and
creativity development ) yang secara diagramati
C. Kofigurasi Karakter
Para
pakar telah mengemukakan berbagai teori tentang pendidikan moral. Menurut
Hersh, et. al. (1980), di antara berbagai teori yang berkembang, ada enam teori
yang banyak digunakan; yaitu: pendekatan pengembangan rasional, pendekatan pertimbangan,
pendekatan klarifikasi nilai, pendekatan pengembangan moral kognitif dan pendekatan
perilaku social. Berebda dengan klarifikasi tersebut, Elias ( 1989)
mengklarifikasikan berbagai teori yang berkembang menjadi tiga, yakni :
pendekatan kognitif, pendekatan afektif dan pendekatan perilaku. Klarifikasi
didasarkan pada tiga unsur moralitas, yang biasa menjadi tumpuan kajian
psikologi, yakni : perilaku, kognisi dan afeksi.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat
di tegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang
secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam fikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perubahan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat
selain itu juga dengan di terapkannya pendidikan karakter di
sekolah-sekolah bertujuan untuk dapat
membangun sebuah sekolah kejujuran, seperti yang sudah di terkan di
Negara-negara Maju.
BAB III
METODE PENULISAN
A)
Prosedur pengumpulan data.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1.
Pengalaman
saya selama sekolah di SD, SMP dan SMA, dan selama menepuh sekolah itu saya melakukan Pengamatan di Sekolah-sekolah dan
di Universitas,
setelah
melihat realita yang ada, tentang kepribadian yang ada pada peserta didik mengenai karakter kepribadian
moralitas yang masih rendah.
2.
Perumusan
Masalah,
Setelah
melakukan pengamatan , didapatkanlah rumusan masalah.
3.
Studi
Literatur.
Setelah
didapatkan perumusan masalah, dilakukan studi literature berdasarkan buku-buku
tentang pendidikan karakter dan adanya pendapat para ahli pendidikan dan
filosofi pendidikan. Selain itu diambil informasi melalui ilmu pendidikan dan
filosofi pendidikan dan solusi merubah
karakter kepribadian baik bangsa.
B. Pengolahan
Data
Setelah diperoleh data-data dari
hasil pengamatan dan studi literatur, kemudian
data diolah secara analitis,
deskriptif-kualitatif.
C. Analisis
Sintetis
Setelah
itu, data dianalisis dengan dua metode, yakni:
1. Metode analisis deskriptif untuk mengolah dan menafsirkan data yang
telah
diperoleh sehingga didapatkan gambaran jelas tentang keadaan sebenarnya
pada
obyek yang sedang dikaji.
2. Metode analisis komparatif untuk melihat perbandingan antara gagasan
utama
karya tulis ilmiah ini dengan
beberapa teori yang relevan dan pendapat para ahli pendidikan.
C.
Simpulan dan Saran atau Rekomendasi
Setelah
data-data dianalisis, penulis memberikan alternatif model pemecahan masalah
atau gagasan kreatif sebagai solusi permasalahan yang diangkat dalam karya
tulis ilmiah ini. Setelah itu, disusun menjadi satu kesatuan.
BAB IV
ANALISIS MASALAH dan IMPLIKASI
KEBIJAKAN
A)
Penyikapan
pemerintah dan menteri pendidikan dalam memperbaiki karakter pada generasi muda.
Pembentukan
kepribadian karakter moralitas bangsa di Indonesia masih sangat rendah,
khususnya karakter pemuda Indonesia saat ini, seharusnya pemerintah lebih tegas
dalam mengatasi penerapan pendidikan karakter yang ada di Indonesia. Melalui pembentukan
sekolah kejujuran yang di mulai dengan adanya penerapan dalam pendidikan
karakter yang seharusnya di terapkan di sekolah-sekolah dan Univesitas. Kita
tau bahwa Sistem pendidikan di Indonesia secara umum masih
dititik beratkan pada kecerdasan kognitif. Hal ini dapat dilihat dari orientasi
sekolah sekolah yang ada masih disibukkan dengan ujian, mulai dari ujian mid,
ujian akhir hingga ujian nasional.
Ditambah latihan-latihan soal harian dan
pekerjaan rumah untuk memecahkan pertanyaan di buku pelajaran yang biasanya tak
relevan dengan kehidupan sehari hari para siswa sehingga seakan-akan nilai
adalah tujuan utama . Misalnya ketika pemerintah mengadakan
Ujian Nasional di Indonesia, itu sebenarnya kurang adil bagi para siswa, kenapa
? karena Hal seperti itu hanya dapat membuat para siswa
berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai yang terbaik tanpa melakukan proses
belajar yang sesungguhnya
banyak siswa yang berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai tinggi dengan
menggunakan berbagai macam cara, banyak dari siswa yang kondisi ekonominya
tinggi, mereka lebih suka membeli kunci jawaban ujian nasional, demi
mendapatkan nilai tinggi dan bagi siswa yang perekonomiannya biasa saja mereka
dikalah kan hanya dengan hal seperti itu, bukan kah itu tidak adil ? .selain
itu juga dapat mengakibatkan munculnya
para korupsi bagi orang-orang
yang menjual kunci jawaban ujian tersebut, setiap diadakan Ujian Nasional di
Indonesia selalu ada penjual kunci jawaban Ujian hal seperti itu selalu muncul
dalam permasalahan pendidikan yang ada di Indonesia Dan kita sebagai bangsa
Indonesia harus bisa merubah karakter bangsa yang buruk sperti itu. Dan
pemerintah harus bisa membangun pendidikan karakter bagi individu-individu terutama bagi para
siswa dan Generasi muda agar mempunyai karakter mental yang baik dan moralitas
tinggi. Masalah seperti
itu dapat diselesaikan melalui
pembentukan sekolah kejujuran dan itu di rintis harus melalui kurikulum
pendidikan karakter terlebih dahulu. Dan semua itu harus adanya para pengambil
kebijakan, para pendidik, orang tua, masyarakat dan dukungan dari pemerintah
harus ikut serta dalam mengatasi perubahan karakter bangsa untuk menjadi lebih
baik dengan memberikan kurikulum pendidikan karakter dan membangun sekolah
kejujuran serta senantiasa memperkaya persepsi bahwa ukuran keberhasilan tidak
selalu di lihat dari prestasi angka (Nilai). Dan hendaknya institusi
sekolah-sekolah menjadi tempat yang senantiasa menciptakan
pengalaman-pengalaman bagi siswa untuk membangun dan membentuk karakter unggul
dan bermoralitas tinggi.
B)
SOLUSI
MEMBANGUN DAN MEMBENTUK KARAKTER BAIK.
Membentuk sekolah kejujuran melalui pendidikan
karakter dengan berazaskan Nilai-nilai
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang merupakan Nilai-nilai yang
dikembangkan dalam pendidikan Budaya dan karakter bangsa dan diindentifikasi
dari sumber-sumber Agama, karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat
beragama maka kehidupan individu, masyarakat dan bangsa selalu didasari pada
ajaran agama dan kepercayaan dan sumber dari pancasila yang ditegakkan atas
prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan, mendidik budaya dan
karakter bangsa dalam mengembangkan nilai-nilai pancasila melalui pendidikan
hati, mental, otak dan fisik. Selain itu juga membentuk strategi pendidikan
karakter yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak didik yang
manifestasi pengembangan potensi akan membangun self concept yang menunjang
kesehatan mental. Konsep ini menyediakan kesempatan bagi anak didik untuk
mengembangkan bakat emasnya sesuai dengan kebutuhan dan minat dan yang
terpenting membentuk karakter moralitas tinggi. Dan tidak hanya itu tapi juga
membangun konsep Multiple Intelligence mengajarkan kepada anak bahwa mereka
bisa belajar apapun yang mereka ingin ketahui. Dan bagi orang tua atau guru yang
dibutuhkan adalah kreativitas dan kepekaan untuk mengasah anak juga harus berfikir terbuka, keluar dari
paradigma tradisional. Kecerdasaan bagaikan sekumpulan keterampilan yang dapat
ditumbuhkan dan dikembangkan. Kecerdasan merupakan kemampuan untuk memecahkan
masalah, kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berharga dalam suatu
kebudayaan masyarakat. Melalui pengenalan Multiple Intellegence, kita dapat mempelajari kekuatan
atau kelemahan anak dan dapat memeberikan mereka peluang untuk belajar melalui
kelebihan mereka, tujuannya agar anak juga memiliki kesempatan untuk
mengeksplorasi dunia.
BAB V
Kesimpulan dan Saran
a) Kesimpulan
1. Upaya
Pembentukan sekolah kejujuran melalui penerapan pendidikan karakter . dalam arti pendidikan
karakter adalah suatu system penamaan
nilai-nilai karakter yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesame, lingkungan maupun kebangsaan.pengembangan
karakter bangsa dapat dilakukan melalui perkembangan karakter individu
seseorang hanya dapat dilakukan dalam
lingkungan social dan budaya.
2. Strategi-strategi
dalam perkembangan Pendidikan Berkarakter salah
satunya adalah strategi pendidikan karakter melalui Multiple
Intelligence (Multiple Talent Approach) strategi ini bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak
didik yang merupakan pengembangan potensi yang membangun self concept yang
menunjang kesehatan mental dan upaya
meningkatkan moralitas yang lebih baik.
b)
Saran
1.
Pemerintah dan menteri pendidikan
seharusnya lebih memperhatikan pendidikan yang berada di Indonesia saat ini dengan memberikan pendidikan yang
berkarakter.
2.
Menteri pendidikan seharusnya
membuat suatu upaya untuk membentuk sekolah kejujuran dengan melalui
diberikannya kurikulum pendidikan karakter di sekolah-sekolah dan Universitas.
3.
Para pendidik (guru) seharusnya
menilai anak didiknya tidak hanya
melalui angka (nilai) yang siswa
dapatkan dikelas karena ukuran keberhasilah tidak selalu di lihat dari prestasi
angka (Nilai) dan hendaknya institusi
sekolah-sekolah menjadi tempat yang senantiasa menciptakan pengalaman-pengalaman
bagi siswa untuk membangun dan membentuk karakter unggul, mempunyai mental baik
dan bermoralitas tinggi.
4.
Pemerintah seharusnya mencontoh
system pendidikan di Negara-negara yang sudah maju.
5.
Pemerintah seharusnya tidak menilai
kelulusan hanya melalu nilai ujian harus tinggi tetapi juga harus menilai
karakter keseharian siswa dalam
mengikuti pembelajaran selama di sekolah. Dan pemerintah harus bisa mengarahkan
masyarakatnya untuk membangun karakter bangsa yang baik dan bermoral
tinggi selai itu juga dapat merubah
karakter bangsa yang buruk. Dan pemerintah harus bisa membangun pendidikan
karakter bagi individu-individu
terutaman bagi para siswa dan pemuda agar mempunyai karakter mental yang baik
dan moralitas tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
·
Agil, Syed Omar bin Syed, Philosophy of Education in
Prolegomena Ibn Khaldun, Universiti Tun Abdul Rajak. UNITAR E-JOURNAL Vol.
4, No. 1, January 2008. http://ejournal.unitar.edu.my, 22 November 2009.
·
Ahmad, Anis, Educational
Thought of Ibn Khaldun, Journal of the Pakistan Historical Society,
Vol.XVI., Karachi, 1968.
·
Journal of the SYAHRONI,
S.Pd.I
·
Ananta
Pramoedya Toer.2006. anak semua bangsa.jakarta : Letera Dipantar.
·
Depdiknas,
2003, Undanf-undang No. 20 Thun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, www.depdiknas.go.idank,
·
Goble, G
Frank. 1991. Mazhab ketiga : psikologi Humanistik Abraham Maslow,
Yogyakarta.Penerbit Kanisius
·
Muin,Fachtul.2011.Pendidikan
Karakter Konstruksi Teoritik dan praktik.Yogyakarta : Arr-ruzz Media
·
Ranchman,
Maman, 2000. Reposisi, Reevaluasi dan Redefinisi Pendidikan Nilai Bagi Generasi
Muda Bangsa. Jurnal Pendidikan dan kebudayaan. Tahun ke-7