Posted by : Unknown Thursday, 6 November 2014

Tugas PKM-GT
UPAYA PEMBENTUKAN SEKOLAH KEJUJURAN MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER
Disusun :
Masrifah (131034038)
Kelas 2013 B

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2013



Kata pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad
SAW, Tauladan sejati sampai akhir zaman sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Ilmu Alamiah Dasar dengan Program Kreativitas Mahasiswa-Gagasan Tertulis (PKM-GT) yang Berjudul UPAYA PEMBENTUKAN SEKOLAH KEJUJURAN MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER dengan tema “Kreatifitas mengajar dalam Pendidikan Luar Sekolah”.  Penulisan tugas PKM-GT ini disusun untuk memenuhi tugas dalam Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar. Pada kesempatan ini tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Allah SWT yang telah memberikan anugrah otak dalam berfikir sehingga saya bisa mendapatkan ide tersebut sehingga bisa menyelesaikan PKM-GT.
2.       Ayah dan Ibu yang selalu memberikan motivasi dan kasih sayang yang tidak ternilai, serta Do’a yang selalu dipanjatkan untuk saya.
3.      Bapak Hasan Subekti, S.Pd., M.Pd.. selaku Dosen Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar
4.      Kakak-kakak dan teman-teman yang telah memberikan motivasi dan menghibur.
Serta semua pihak yang turut membantu terselesaikannya penulisan PKM-GT, kakak-kakak angkatan yang telah memberi kesempatan dan masukan kepada kami hingga penulisan tugas PKM-GT  ini selesai.
Penulis  menyadari sepenuhnya bahwa kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan sebagai manusia yang tidak lepas dari salah dan dosa sehingga masih banyak kekurangan dalam  penulisan PKM-GT ini, hal ini dikarenakan oleh keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan  kritik dan saran yang bersifat membangun  demi kesempurnaan tugas PKM-GT ini .Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan sumbangan ilmiah yang sebesar-besarnya bagi penulis dan pembaca.
Hormat kami
Penulis

Daftar isi
Halaman……………………………………………………………………………….i
Halaman judul………………………………………………………………………..ii
Kata pengantar……………………………………………………………………….ii
Daftar isi……………………………………………………………………………..iv
Ringkasan…………………………………………………………………..………..v
BAB 1 PENDAHULUAN
A.    Latar belakang……………………………………………………………….2
B.     Tujuan penulisan……………………………………………………...……..3
C.     Manfaat penulisan……………………………………………………..…….3
BAB II TELAAH PUSTAKA
A.    Pembentukan sekolah kejujuran melalui pendidikan karakter…………….4
B.     Konsep pembentukan sekolah kejujuran melalui pendidikan karakter……8
C.     Konfigurasi Karakter………………………………………………………..10
BAB III METODE PENULISAN
A.    Prosedur pengumpulan data………………………………………………...11
B.     Pengolahan data……………………………………………………………..11
C.     Analisis sintesis……………………………………………………………..12
D.    Simpulan dan saran…………………………………………………………12
BAB IV ANALISIS MASALAH DAN IMPLIKASI
A.    Penyikapan pemerintah dan meteri pendidikan dalam memperbaiki karakter pada generasi muda………………………………………………………………12
B.     Solusi membangun dan membentuk karakter baik……………..…………13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.    KESIMPULAN…………………………………………………………..…14
B.     SARAN……………………………………………………………………...14
DAFTAR PUSTAKA


RINGKASAN

          Sistem  pendidikan di Indonesia secara umum masih dititik beratkan pada kecerdasan kognitif. Hal ini dapat dilihat dari orientasi sekolah sekolah yang ada masih disibukkan dengan ujian, mulai dari ujian mid, ujian akhir  hingga ujian nasional. Ditambah latihan-latihan soal harian dan pekerjaan rumah untuk memecahkan pertanyaan di buku pelajaran yang biasanya tak relevan dengan kehidupan sehari hari para siswa. Saatnya para pengambil kebijakan, para pendidik, orang tua dan masyarakat senantiasa memperkaya persepsi bahwa ukuran keberhasilan tidak selalu dilihat dari prestasi angka angka. Hendaknya institusi sekolah menjadi tempat yang senantiasa menciptakan pengalaman pengalaman bagi siswa untuk membangun dan membentuk karakter unggul.
Pendidikan karakter menjadi kunci terpenting kebangkitan bangsa Indonesia dari keterpurukan untuk menyongsong datangnya peradapan baru. Di Indonesia akhir-akhir ini menjadi isu yang sangat hangat sejak Pendidikan Karakter dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY). Pada saat peringatan hari Pendidikan Nasional pada tanggal 2 mei 2010 lalu . Tekat pemerinta tersebut bertujuan untuk mengembangkan karakter dan budaya bangsa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari  system pendidikan  Nasional yang harus di dukung secara serius karakter bangsa dapat di bentuk dari program-program pendidikan atau dalam proses pembelajaran dan agar dapat membentuk sekolah kejujuran. Apabila pendidikan memang bermaksud serius untuk membentuk suatu karakter generasi bangsa ada banyak hal yang harus dilakukan  dan dibutuhkan penyadaran terhadap para pendidik dan juga terhadap pelaksanaan kebijakan pendidikan , jika kita pahami arti pendidikan secara luas . pendidikan sebagai proses penyadaran  pencerdasan dan pembangunan  mental atau karakter tentu bukan hanya identic dengan sekolah , akan tetapi berkaitan dengan proses kebudayaan yang secara umum sedang berjalan  dan juga memiliki kemampuan untuk mengarahkan kesadaran membentuk cara pandang dan juga membangun karakter generasi muda , artinya karakter yang menyangkut cara pandang dan kebijakan siswa remaja dan juga kaum muda secara umum sedikit sekali yang dibentuk dalam ruang kelas atau sekolah akan tetapi lebih banayk dibentuk oleh proses social yang juga tak dapat dilepaskan dari proses ideology  dan  tatanan material-ekonomi yang sedang berjalan.
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter inipun diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam mensukseskan Indonesia Emas 2025. Undang Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan hal ini, maka sekolah kejujuran yang di bangun melalui pendidikan karakter  untuk  memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek dan karakter seperti itu harus segera dirubah menjadi karakter yang baik dan mulia. pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.  Pembentukan sekolah kejujuran yang di bangun melalui adanya Pendidikan karakter  merupakan upaya yang terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang mandiri, bertanggungjawab, kreatif, berilmu, sehat, dan berakhlak mulia baik dilihat dari aspek jasmani maupun ruhani. Manusia yang berakhlak mulia, yang memiliki moralitas tinggi sangat dituntut untuk dibentuk atau dibangun agar peradaban suatu bangsa dapat ditegakkan. Peradaban dan budaya suatu bangsa Indonesia memiliki ciri tidak hanya sekedar memancarkan kemilau pentingnya pendidikan, melainkan juga mampu merealisasikan konsep pendidikan dengan cara membangun sekolah kejujuran melalui pembentukan  karakter pembinaan, pelatihan dan pemberdayaan SDM Indonesia secara berkelanjutan dan merata.  Didin Hafidhuddin,dalam PendidikanKarakterBangsaBerbasis Agama mengemukakan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha dan upaya bersama yang dilakukan secara sadar, serius, dan sungguh-sungguh dalam rangka membangun watak dan karakter peserta didik secara komprehensif.

B.   Tujuan dan Manfaat penulisan
1)   Tujuan
a)     Tulisan ini bertujuan untuk membentuk sekolah kejujuran melalui pendidikan karakter untuk menciptakan individu yang berkarakter baik atau unggul dalam melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan Negara serta dapat mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan di sertai dengan kesadaran emosi dan motivasinya (perasaannya)
b)     membentuk kepribadian, moralitas tinggi, watak, dan karakter generasi muda sekarang agar menghasilkan insan-insan unggulan di segala bidang.
c)     Membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi masing-masing individu siswa dengan cara mengenali dirinya sendiri.
d)     Dapat memecahkan prolematika pendidikan akibat adanya dikotomik ilmu dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
e)     Untuk mengembangkan seluruh potensi anak didik yang manifestasi pengembangan potensi akan membangun Self Concept yang menunjang kesehatan mental.
f)      Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.
g)     Mengembangkan lingkungan kehidupan “sekolah kejujuran” sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

2)   Manfaat  penulisan
Gagasan dan penyusunan karya tulis ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang tepat kepada masayarakat khususnya pemerintahan dan menteri pendidikan mengenai pembentukan sekolah kejujuran melalui adanya pendidikan karakter, latar belakang pembentukan karakter mental yang baik (unggul) serta pembentukan karakter kepribadian mental dan moralitas yang tinggi dan berusaha untuk dapat merubah kepribadian buruk yang sekarang ini sudah banyak tertanam pada individu khususnya pada anak bangsa.
BAB II.
TELAAH PUSTAKA

A)    Pembentukan  Sekolah kejujuran melalui di terapkannya  Pendidikan Karakter untuk  Membangun Budaya dan Peradapan Bangsa.
 Pendidikan karakter sebenarnya bukanlah hal baru dalam sistem pendidikan di Indonesia, sejak lama pendidikan karakter ini telah menjadi bagian penting dalam misi kependidikan nasional walaupun dengan penekanan dan istilah yang berbeda. Wacana urgensi pendidikan karakter kembali menguat dan menjadi bahan perhatian sebagai respons atas berbagai persoalan bangsa terutama masalah dekadensi moral seperti korupsi, kekerasan, perkelahian antar pelajar, bentrok antar etnis dan perilaku seks bebas yang cenderung meningkat. Fenomena tersebut menurut H.A.R Tilaar merupakan salah satu ekses dari kondisi masyarakat yang sedang berada dalam masa transformasi sosial menghadapi era globalisasi (H.A.R Tilaar 1999: 3).
Sesungguhnya pendidikan karakter merupakan sebuah program kurikuler telah dipraktekan pada beberapa negara. Sebuah studi yang dilakukan oleh J. Mark Halstead dan Monica J. Taylor menunjukkan bagaimana pembelajaran dan pengajaran nilai-nilai sebagai cara membentuk karakter terpuji telah dikembangkan di sekolah-sekolah di Inggris. Peran sekolah yang menonjol terhadap pembentukan karakter berdasarkan nilai-nilai tersebut ialah dalam dua hal yaitu:
to build on and supplement the values children have already begun to develop by offering further exposure to a range of values that are current in society (such as equal opportunities and respect for diversity); and to help children to reflect on, make sense of and apply their own developing values(Halstead dan Taylor, 2000: 169).
Upaya dalam Pembentukan sekolah kejujuran dimulai melalui Pembangunan karakter budaya dan peradaban suatu bangsa harus dilengkapi dengan nilai-nilai yang telah dimiliki anak agar berkembang sebagaiamana nilai-nilai tersebut juga hidup dalam masyarakat, serta agar anak mampu merefleksikan, peka, dan mampu menerapkan nilai-nilai tersebut, maka pendidikan karakter tidak bisa berjalan sendirian. Karakter warga negara yang baik merupakan tujuan universal yang ingin dicapai dari pendidikan kewarganegaraan di negara-negara manapun di dunia. Meskipun terdapat ragam nomenklatur pendidikan kewarganegaraan di sejumlah negara menunjukkan bahwa pembentukan karakter warga negara yang baik tidak bisa dilepaskan dari kajian pendidikan kewarganegaraan itu sendiri (Kerr, 1999; Cholisin, 2004; Samsuri, 2004, 2009).
Pada era Orde Baru pembentukan karakter warga negara nampak ditekankan kepada mata pelajaran seperti Pendidikan Moral Pancasila (PMP) maupun Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) bahkan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB). Di era pasca-Orde Baru, kebijakan pendidikan karakter pun ada upaya untuk ”menitipkannya” melalui Pendidikan Kewarganegaraan di samping Pendidikan Agama.
Robertson dalam Globalization: Social Theory and Global Culture, menyatakan era globalisasi ini akan melahirkan global culture (which) is encompassing the world at the international level. Dengan adanya globalisasi problematika ‎menjadi sangat kompleks. Globalisasi disebabkan perkembangan ‎teknologi, kemajuan ekonomi dan kecanggihan sarana informasi. Kondisi tersebut diatas telah ‎membawa dampak positif sekaligus dampak negatif bagi bangsa indonesia, Kebudayaan negara-negara Barat ‎yang cenderung mengedepankan rasionalitas, mempengaruhi negara-negara Timur termasuk‎ Indonesia yang masih memegang adat dan kebudayaan leluhur yang menjunjung nilai-nilai ‎tradisi dan spiritualitas keagamaan.
Kenyataan di atas menjadi tantangan terbesar bagi dunia pendidikan saat ini. Proses pendidikan sebagai upaya mewariskan nilai-nilai luhur suatu bangsa yang bertujuan melahirkan generasi unggul secara intelektual dengan tetap memelihara kepribadian dan identitasnya sebagai bangsa. Pada aspek inilah letak esensial pendidikan yang memiliki dua misi utama yaitu “transfer of values” dan juga “transfer of knowledge”.Pendidikan hari ini dihadapkan pada situasi dimana proses pendidikan sebagai upaya pewarisan nilai-nilai lokal di satu sisi menghadapi derasnya nilai global. Kondisi demikian menurut Tilaar (1999: 17) membuat pendidikan hari ini telah tercabik dari keberadaannya sebagai bagian yang terintegrasi dengan kebudayaannya (H.A.R Tilaar 1999: 17). Gejala pemisahan pendidikan dari kebudayaan dapat dilihat dari gejala-gejala sebagai berikut, yaitu:  nilai-nilai kebudayaan dalam pendidikan telah dibatasi pada nilai-nilai intelektual belaka. dan, nilai-nilai agama bukanlah urusan pendidikan tetapi lebih merupakan urusan lembaga-lembaga agama”.
Gambaran tersebut menjadi dasar untuk memperhatikan pentingnya pembangunan karakater (Character building) manusia indonesia yang berpijak kepada khazanah nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Koentjaraningrat memberikan jalan bagaimana agar gejala pemisahan pendidikan dari kebudayaan ini dapat segera teratasi, ia menyarankan pentingnya kembali merumuskan kembali tujuh unsur universal dari kebudayaan, antara lain: sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, keseniaan, sistem mata pencaharian hidup dan sistem teknologi dan peralatan. Kebudyaan yang menjadi alas pendidikan tersebut haruslah bersifat kebangsaan. Dengan demikian, kebudayaan yang dimaksud adalah kebudyaan yang riil yaitu budaya yang hidup di dalam masyarakat kebangsaan Indonesia. Sedangkan pendidikan mempunyai arah untuk mewujudkan keperluan perikehidupan dari seluruh aspek kehidupan manusia dan arah tujuan pendidikan untuk mengangkat derajat dan harkat manusia.
B)   Konsep Pembentukan Sekolah Kejujuran Melalui Pendidikan Karakter.
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku). Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya). Pendidikan karakter adalah  suatu system penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran dan kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat di maknai “The deliberate as of all dimensions of school life to foster optimal character development” dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri yaitu, isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian penanganan atau pengelolahan mata pelajaran , pengelolahan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan saran prasarana  pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter. Selain itu pendidikan karakter adalah  segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.  Pendidikan karakter berpijak  dari karakter dasar manusia yang bersumber berasal dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari nilai agama yang juga disebut sebagai the golden rule pendidikan karakter dapat mempunyai tujuan yang pasti apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut, menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah cinta kepada Allah dan ciptaanNya (alam dengan isinya ) , tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih saying, peduli dan kerja sama , percaya diiri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah , keadilan dan kepemimpinan baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai dan cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari : dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli jujur, tanggung jawab, kewarganegaraan , ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil dan punya integritas.  Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar yang selanjutnya di kembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut/ atau bersifat relative ) sesuai dengan kebutuhan kondisi dan lingkungan sekolah itu sendiri. Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal dan informal, tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena social yang berkembang, yakni meningkatkan kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahia massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya, bahkan di kota-kota besar tertentu gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan oleh karena itu, lembaga  pendidikan formal maupun informal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan perannnya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.  Para pakar pendidikan pada umum nya sependapat tentang pentingnya upaya peningkatan pendidikankarakter pada jalur pendidikan formal maupun informal, namun demikian, ada perbedaan-perbedaan di antara mereka tentang pedidikan dan modus pendidikannya.berhubungan dengan pendekatan ebagai pakar, menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang di kembangkan di Negara-negara Barat, seperti : pendekatan perkembangan moral, kognitif, pendekatan analisis nilai dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyarankan penggunaan pendekatan tradisional, yakni melalui penanaman nilai-nilai social tertentu dalam diri peserta didik.
Berdasarkan Grand design yang dikembangkan Kemendiknas (2010) , secara psikologis dan social kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia ( kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik ) dallam  konteks interaksi social kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat ) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas  proses psikologis dan social kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam : olah hati ( spiritual and emotional development ) , olah piker ( intellectual development ), Olah Raga dan Kinestetik ( physical and kinesthetic development )  dan Olah Raga dan Karsa ( affective and creativity development ) yang secara diagramati

C. Kofigurasi Karakter

Para pakar telah mengemukakan berbagai teori tentang pendidikan moral. Menurut Hersh, et. al. (1980), di antara berbagai teori yang berkembang, ada enam teori yang banyak digunakan; yaitu: pendekatan pengembangan rasional, pendekatan pertimbangan, pendekatan klarifikasi nilai, pendekatan pengembangan moral kognitif dan pendekatan perilaku social. Berebda dengan klarifikasi tersebut, Elias ( 1989) mengklarifikasikan berbagai teori yang berkembang menjadi tiga, yakni : pendekatan kognitif, pendekatan afektif dan pendekatan perilaku. Klarifikasi didasarkan pada tiga unsur moralitas, yang biasa menjadi tumpuan kajian psikologi, yakni : perilaku, kognisi dan afeksi.
            Berdasarkan pembahasan di atas dapat di tegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam fikiran,  sikap, perasaan, perkataan dan perubahan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat selain itu juga dengan di terapkannya pendidikan karakter di sekolah-sekolah   bertujuan untuk dapat membangun sebuah sekolah kejujuran, seperti yang sudah di terkan di Negara-negara Maju.

BAB III
METODE PENULISAN

A)  Prosedur pengumpulan data.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :

1.     Pengalaman saya selama sekolah di SD, SMP dan SMA, dan selama menepuh  sekolah itu saya  melakukan Pengamatan di Sekolah-sekolah dan di Universitas,
setelah melihat realita yang ada, tentang kepribadian yang ada pada  peserta didik mengenai karakter kepribadian moralitas yang masih rendah.
2.     Perumusan Masalah,
Setelah melakukan pengamatan , didapatkanlah rumusan masalah.
3.     Studi Literatur.
Setelah didapatkan perumusan masalah, dilakukan studi literature berdasarkan buku-buku tentang pendidikan karakter dan adanya pendapat para ahli pendidikan dan filosofi pendidikan. Selain itu diambil informasi melalui ilmu pendidikan dan filosofi pendidikan  dan solusi merubah karakter kepribadian baik bangsa.

B. Pengolahan Data
Setelah diperoleh data-data dari hasil pengamatan dan studi literatur, kemudian
data diolah secara analitis, deskriptif-kualitatif.
C. Analisis Sintetis
   Setelah itu, data dianalisis dengan dua metode, yakni:
  1. Metode analisis deskriptif untuk mengolah dan menafsirkan data yang telah
  diperoleh sehingga didapatkan gambaran jelas tentang keadaan sebenarnya pada
obyek yang sedang dikaji.
  2. Metode analisis komparatif untuk melihat perbandingan antara gagasan utama
karya tulis ilmiah ini dengan beberapa teori yang relevan dan pendapat para ahli pendidikan.
C.    Simpulan dan Saran atau Rekomendasi
Setelah data-data dianalisis, penulis memberikan alternatif model pemecahan masalah atau gagasan kreatif sebagai solusi permasalahan yang diangkat dalam karya tulis ilmiah ini. Setelah itu, disusun menjadi satu kesatuan.

BAB IV
ANALISIS MASALAH dan IMPLIKASI KEBIJAKAN

A)   Penyikapan pemerintah dan menteri pendidikan dalam memperbaiki karakter pada generasi muda.
Pembentukan kepribadian karakter moralitas bangsa di Indonesia masih sangat rendah, khususnya karakter pemuda Indonesia saat ini, seharusnya pemerintah lebih tegas dalam mengatasi penerapan pendidikan karakter yang ada di Indonesia. Melalui pembentukan sekolah kejujuran yang di mulai dengan adanya penerapan dalam pendidikan karakter yang seharusnya di terapkan di sekolah-sekolah dan Univesitas. Kita tau bahwa  Sistem  pendidikan di Indonesia secara umum masih dititik beratkan pada kecerdasan kognitif. Hal ini dapat dilihat dari orientasi sekolah sekolah yang ada masih disibukkan dengan ujian, mulai dari ujian mid, ujian akhir  hingga ujian nasional. Ditambah  latihan-latihan soal harian dan pekerjaan rumah untuk memecahkan pertanyaan di buku pelajaran yang biasanya tak relevan dengan kehidupan sehari hari para siswa sehingga seakan-akan nilai adalah tujuan utama .  Misalnya ketika pemerintah mengadakan Ujian Nasional di Indonesia, itu sebenarnya kurang adil bagi para siswa, kenapa ? karena Hal seperti itu hanya dapat membuat para siswa berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai yang terbaik tanpa melakukan proses belajar yang sesungguhnya banyak siswa yang berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai tinggi dengan menggunakan berbagai macam cara, banyak dari siswa yang kondisi ekonominya tinggi, mereka lebih suka membeli kunci jawaban ujian nasional, demi mendapatkan nilai tinggi dan bagi siswa yang perekonomiannya biasa saja mereka dikalah kan hanya dengan hal seperti itu, bukan kah itu tidak adil ? .selain itu juga dapat mengakibatkan munculnya  para korupsi  bagi orang-orang yang menjual kunci jawaban ujian tersebut, setiap diadakan Ujian Nasional di Indonesia selalu ada penjual kunci jawaban Ujian hal seperti itu selalu muncul dalam permasalahan pendidikan yang ada di Indonesia Dan kita sebagai bangsa Indonesia harus bisa merubah karakter bangsa yang buruk sperti itu. Dan pemerintah harus bisa membangun pendidikan karakter  bagi individu-individu terutama bagi para siswa dan Generasi muda agar mempunyai karakter mental yang baik dan moralitas tinggi.  Masalah seperti itu dapat diselesaikan  melalui pembentukan sekolah kejujuran dan itu di rintis harus melalui kurikulum pendidikan karakter terlebih dahulu. Dan semua itu harus adanya para pengambil kebijakan, para pendidik, orang tua, masyarakat dan dukungan dari pemerintah harus ikut serta dalam mengatasi perubahan karakter bangsa untuk menjadi lebih baik dengan memberikan kurikulum pendidikan karakter dan membangun sekolah kejujuran serta senantiasa memperkaya persepsi bahwa ukuran keberhasilan tidak selalu di lihat dari prestasi angka (Nilai). Dan hendaknya institusi sekolah-sekolah menjadi tempat yang senantiasa menciptakan pengalaman-pengalaman bagi siswa untuk membangun dan membentuk karakter unggul dan bermoralitas tinggi.
B)   SOLUSI MEMBANGUN DAN MEMBENTUK KARAKTER BAIK.
Membentuk sekolah kejujuran melalui pendidikan karakter  dengan berazaskan Nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang merupakan Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan Budaya dan karakter bangsa dan diindentifikasi dari sumber-sumber Agama, karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama maka kehidupan individu, masyarakat dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaan dan sumber dari pancasila yang ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan, mendidik budaya dan karakter bangsa dalam mengembangkan nilai-nilai pancasila melalui pendidikan hati, mental, otak dan fisik. Selain itu juga membentuk strategi pendidikan karakter yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak didik yang manifestasi pengembangan potensi akan membangun self concept yang menunjang kesehatan mental. Konsep ini menyediakan kesempatan bagi anak didik untuk mengembangkan bakat emasnya sesuai dengan kebutuhan dan minat dan yang terpenting membentuk karakter moralitas tinggi. Dan tidak hanya itu tapi juga membangun konsep Multiple Intelligence mengajarkan kepada anak bahwa mereka bisa belajar apapun yang mereka ingin ketahui. Dan bagi orang tua atau guru yang dibutuhkan adalah kreativitas dan kepekaan untuk mengasah anak  juga harus berfikir terbuka, keluar dari paradigma tradisional. Kecerdasaan bagaikan sekumpulan keterampilan yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Kecerdasan merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah, kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat. Melalui pengenalan Multiple  Intellegence, kita dapat mempelajari kekuatan atau kelemahan anak dan dapat memeberikan mereka peluang untuk belajar melalui kelebihan mereka, tujuannya agar anak juga memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi dunia.

BAB V
Kesimpulan dan Saran

a)  Kesimpulan
1.      Upaya Pembentukan  sekolah kejujuran  melalui penerapan pendidikan  karakter . dalam arti pendidikan karakter  adalah suatu system penamaan nilai-nilai karakter yang  meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan  tindakan untuk melaksanakan  nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesame, lingkungan maupun kebangsaan.pengembangan karakter bangsa dapat dilakukan melalui perkembangan karakter individu seseorang  hanya dapat dilakukan dalam lingkungan social dan budaya.
2.      Strategi-strategi dalam perkembangan Pendidikan Berkarakter salah  satunya adalah strategi pendidikan karakter melalui Multiple Intelligence (Multiple Talent Approach) strategi ini bertujuan  untuk mengembangkan seluruh potensi anak didik yang merupakan pengembangan potensi yang membangun self concept yang menunjang  kesehatan mental dan upaya meningkatkan  moralitas yang  lebih baik.
b) Saran
1.      Pemerintah dan menteri pendidikan seharusnya lebih memperhatikan pendidikan yang berada di Indonesia  saat ini dengan memberikan pendidikan yang berkarakter.
2.      Menteri pendidikan seharusnya membuat suatu upaya untuk membentuk sekolah kejujuran dengan melalui diberikannya kurikulum pendidikan karakter di sekolah-sekolah dan Universitas.
3.      Para pendidik (guru) seharusnya menilai  anak didiknya tidak hanya melalui angka  (nilai) yang siswa dapatkan dikelas karena ukuran keberhasilah tidak selalu di lihat dari prestasi angka (Nilai)  dan hendaknya institusi sekolah-sekolah menjadi tempat yang senantiasa menciptakan pengalaman-pengalaman bagi siswa untuk membangun dan membentuk karakter unggul, mempunyai mental baik dan  bermoralitas tinggi.
4.      Pemerintah seharusnya mencontoh system pendidikan di Negara-negara yang sudah maju.
5.      Pemerintah seharusnya tidak menilai kelulusan hanya melalu nilai ujian harus tinggi tetapi juga harus menilai karakter keseharian  siswa dalam mengikuti pembelajaran selama di sekolah. Dan pemerintah harus bisa mengarahkan masyarakatnya untuk membangun karakter bangsa yang baik dan bermoral tinggi  selai itu juga dapat merubah karakter bangsa yang buruk. Dan pemerintah harus bisa membangun pendidikan karakter  bagi individu-individu terutaman bagi para siswa dan pemuda agar mempunyai karakter mental yang baik dan moralitas tinggi.













DAFTAR PUSTAKA

·         Agil, Syed Omar bin Syed, Philosophy of Education in Prolegomena Ibn Khaldun, Universiti Tun Abdul Rajak. UNITAR E-JOURNAL Vol. 4, No. 1, January 2008. http://ejournal.unitar.edu.my, 22 November 2009.
·         Ahmad, Anis, Educational Thought of Ibn Khaldun, Journal of the Pakistan Historical Society, Vol.XVI., Karachi, 1968.
·         Journal of the  SYAHRONI, S.Pd.I
·         Ananta Pramoedya Toer.2006. anak semua bangsa.jakarta : Letera Dipantar.
·         Depdiknas, 2003, Undanf-undang No. 20 Thun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, www.depdiknas.go.idank,
·         Goble, G Frank. 1991. Mazhab ketiga : psikologi Humanistik Abraham Maslow, Yogyakarta.Penerbit Kanisius
·         Muin,Fachtul.2011.Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik dan praktik.Yogyakarta : Arr-ruzz Media
·         Ranchman, Maman, 2000. Reposisi, Reevaluasi dan Redefinisi Pendidikan Nilai Bagi Generasi Muda Bangsa. Jurnal Pendidikan dan kebudayaan. Tahun ke-7




Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Let's share thE inSpiration - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -